Lihat ke Halaman Asli

Retno Septyorini

Suka makan, sering jalan ^^

Etika Bersosial Media

Diperbarui: 4 Agustus 2017   22:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

AcaraPertemuan Divhumas Polri dengan Netizen (Doc: Umi Azzura)

Suatu hari, tak ada angin, tak ada hujan, teman saya yang pendiam tiba-tiba menjadi begitu lantang di sosial media. Salah satu agenda hariannya kala itu tidak lain dan tidak bukan adalah menyebarkan berita bohong yang kita kenal luas dengan sebutan hoax. Karena kebetulan berada di satu group yang sama, jejak sebaran hoax tersebut pun mampir di jejaring pribadi. Sayangnya, setiap kali meminta bukti sekaligus diklarifikasi, tak sekalipun ia menanggapi dengan data dan fakta yang terukur.

Awalnya hanya ada satu dua anggota lain saja yang menaggapi perihal ini. Namun lambat laun kebiasaan ajaib rekan saya malah semakin menjadi-jadi. Puncaknya ada beberapa kawan yang langsung menegur sekaligus menasehati agar tidak mengulangi perbuatan bodoh itu lagi. Sayangnya, ia malahh berkelit dengan kalimat "Kalau ada manfaatnya silahkan diambil, jika tidak mohon saling menghargai, maaf, aku memang tidak sepntar kalian". Sontak banyak anggota group terheran-heran mendapati kenyataan ajaib ini. Belum selesai keheranan kami, tetiba ia hengkang tanpa permisi.

Jika dibahas di group, ternyata ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari pengalaman ajaib tadi, bahwasanya selain tidak cakap pengetahuan atas berita yang dicecap, yang kemudian sengaja disebar-luaskan begitu saja, ternyata rekan saya yang notabene penyebar hoax tadi tidak sama sekali merasa bersalah usai "nyampah" di berbagai "wadah" (red: sosial media yang ia miliki). Waduuhhh...

Indonesia dan Potensi Trending Topiknya di Dunia

Ada kemungkinan Anda atau bahkan banyak orang di luar sana yang menggunakan sosial media pernah memiliki pengalaman serupa dengan pengalaman ajaib saya di atas. Di jaman secanggih ini, seseorang dapat begitu mudah memiliki lebih dari satu akun sosial media pribadi. Meski terkesan sepele, namun hal ini seringkali dapat merubah pola aktivitas keseharian kita. Kalau dulu waktu luang digunakan untuk beraktivitas, bisa jadi usai sosial media meraja membuat kita lebih aktif berinteraksi di dunia maya.

Apa jadinya jika banyak orang di luar sana yang ternyata memilih menjadi seperti rekan saya tadi? Menjadi penebar hoax dimana-mana. Padahal satu berita bohong yang dibagikan sepersekian penduduk kita, bukan tidak mungkin dapat menjelma menjadi trending topik di dunia maya. Tanya mengapa? Karena lebih dari setengah jumlah penduduk Indonesia ternyata menjadi pengguna internet. Dari 262 juta populasi penduduk kita, sebanyak 132,7 juta diantaranya merupakan pengguna internet. Jika ditelisik lebih dalam lagi, ternyata 106 juta orang Indonesia aktif berselancar di sosial media. Bisa dibayangkan bukan potensi berita di negara yang bisa trending topik dunia? Pun dengan kabar bohong yang kerap menyebar begitu saja lewat sosial media.

Tips Bersosial Media

Lantas, bagaimana cara terbaik untuk beretika di sosial media? Kalau saya pribadi sih lebih memilih untuk mengerem jempol untuk tidak sembarangan sharing ataupun komentar terkait hoax ataupun berita negatif yang cenderung tendensius. Apalagi jika informasi tersebut bukan dalam cakupan pengetahuan saya. Kalau saya tahu fakta terkait hoax yang tengah hangat di timeline sosial media di lingkar pertemanan saya, biasanya saya akan memberi penjelasan berdasar fakta sembari memberi link informasi dari sumber yang terpercaya.

Sebagai salah satu penanggulangan konten negatif di dunia maya, Rabu malam, 26 Juli lalu Divisi Humas Polri menggelar acara bertajuk "Pertemuan Divhumas Polri dengan Netizen". Acara yang berlangsng di salah satu hotel di Joga ini diisi oleh tiga narasumber yakni Brigjen Pol. Drs Ahmad Dofiri, M. Si selaku Kapolda DIY, Rusmini Supriadi selaku Kornas TRC PA serta Dra. Mariam F Barata selaku Sesitjen Aplikasi dan Informatika Kemenfoinfo ini terasa begitu hidup. Selain mengungkap seluk beluk problematika dalam bersosial media, acara bincang santai ini juga disertai tanya jawab dengan netizen perwakilan dari berbagai komunitas di Jogja.

Menariknya, rangkaian berita positif yang terurai bahkan di awal acara mempu menjadi trending topik di Twitter lho! Jika kabar baik dapat trending dengan sebegitu cepatnya, lah kenapa tidak kita budayakan saja?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline