Lihat ke Halaman Asli

Lipul El Pupaka

lagi malas malasnya

Sajak Mengenang Tragedi Mei 1998

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

SAJAK MENGENANG TRAGEDI MEI 1998 Karya : Pena Ilusi

Meriau mendung menutup matahari Hawa angkara menutup mata hati Iri dengki dan dendam benci Adalah jahannam dalam dada insani

Bagai air membanjiri desa Begitulah pula api menjalari kota Bagai cobra merayapi belukar belantara Begitulah pula sangka-sangka menulari benak manusia

Dari atas dan bawah siksa-ria membahana Di kelilingi pertikaian dan pemerkosaan seru membara Lapar dan takut menyatu dalam balutan busana Setia menyelubungi segenap raga dan sukma

Napas-napas cemas menghembus Khawatir akan peluru panas menembus Bumi ini macam bumi yang tandus Hati manusia macam hati yang hangus Mendamba angin sejuk nan sayu berhembus Menanti rintik hujan turun dari surga firdaus

Waktu itu adalah waktu kerusuhan Darah-darah deras bercucuran Nyawa-nyawa telah dipersembahkan Di altar agung telah dibakar korban-korban Yang kini tinggal ratap sesal dan harap-harapan

Ba'da fajar menempuh malam Rimba-rimba terbakar semusim pun padam Bibit benih tersisa masih melamun terpendam Menanti bersemi dan mekar dari rahim suci lingkaran alam

==O.o.O==

"Didedikasikan untuk korban tragedi bulan Mei 1998"

Bengkulu, Mei 2014

Sumber ilustrasi : Bukutang.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline