Lihat ke Halaman Asli

Rembang Jingga: Sisi Kehidupan Perempuan dari Sudut Pandang Perempuan Lain

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rembang Jingga

[caption id="" align="aligncenter" width="265" caption="Rembang Jingga (gramediapustakautama.com)"][/caption] Bagi penggemar buku, ada buku baru yang ditulis oleh dua perempuan yang sudah berteman sejak SMA, sekolah khusus putri di Jakarta Selatan, judulnya Rembang Jingga yang diterbitkan oleh Gramedia. Mereka berdua berkolaborasi membuat novel yang bercerita tentang empat perempuan dari berbagai tingkat sosial yaitu Karina, Amanda, Diar dan Ires. Cerita dimulai dari masa sekarang, dimana keempat perempuan ini mendirikan suatu yayasan untuk perempuan, tapi sayang salah satu dari empat perempuan ini tidak bisa hadir, walaupun mereka menunggu, menunggu dan akhirnya hanya tiga perempuan yang menggunting pita untuk peresmian yayasan mereka. Penasaran sekali, kemana perempuan keempat ini, tentunya pembaca bisa mengetahuinya setelah membaca habis buku ini. Pembaca dibawa ke kilas balik kehidupan empat perempuan tersebut. Mulai dari Karina, lalu Amanda, Diar dan terakhir Ires. Jangan berharap cerita mengalir dengan runut teratur, justru pembaca dibawa ke suatu masa kira-kira sepuluh tahun yang lalu, kemudian maju beberapa tahun  dan mundur lagi sesuai dengan peristiwa yang menimpa pada masing-masing perempuan. Bisa saja satu peristiwa ditulis berdasarkan sudut pandang Karina, tapi di bab berikutnya ditulis dari sudut pandang Amanda. Begitu juga peristiwa dengan Diar dan Ires. Kadang pembaca harus membalik kembali lembaran halaman untuk mencocokkan waktu apabila peristiwa yang sama ditulis dari sudut tokoh lain, atau kapan kejadian ini berlangsung sekedar untuk meyakinkan bahwa peristiwa ini terjadi sebelum peristiwa yang lain. Tidak membuat jengkel, bahkan cenderung menjadi penasaran, sayang kalau dihentikan membacanya. Yayasan yang mereka dirikan adalah berdasarkan pengalaman hidup dari keempat perempuan ini, lebih kepada Diar dan Ires kemudian baru pengalaman dari Karina dan Amanda. Mereka berempat kembali ke Rembang untuk menyelesaikan atau mengatasi persoalan masing-masing, tapi di kota inilah mereka berempat bertemu menyelesaikan masalah masing-masing, meninggalkan kehidupan lama, melanjutkan kehidupan dan memulai dengan semangat dan harapan baru. Saya pribadi menyukai cerita ini, bahkan saya membayangkan kalau penulis cerita ini mau melanjutkan ke buku kedua, ketiga, keempat dan kelima. Kenapa harus sampai lima? Buku pertama adalah pembukaan dari masing-masing tokoh, dan buku kedua sampai kelima adalah cerita dari masin-masing tokoh tersebut. Masih banyak yang bisa digali untuk dibuat cerita tersendiri, saya berharap penulis melihatnya juga. Kedua penulis novel ini tidak asing dengan dunia tulis menulis. TJ Oetoro adalah seorang wartawan Tabloid Bintang Home sedangkan Dwiyana Premadi  juga seorang penulis lepas di Majalah Home Living. Rembang Jingga adalah novel kedua bagi TJ dan novel pertama bagi Dwiyana. Wahai kaum perempuan bacalah buku ini, demikian juga kaum lelaki agar bisa memahami perempuan. Selamat membaca.....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline