[caption id="" align="aligncenter" width="497" caption="Patung Jayandaru (www.jatim.metrotvnews.com)"][/caption] Indonesia negeri dengan berbagai macam suku, ras, etnis, agama, budaya, dan banyak lagi, seharusnya kaya dengan segala sesuatu yang menyangkut keberagaman yang ada di Indonesia. Kita sebagai bangsa Indonesia minimal bisa menjadi tujuan pariwisata kuliner, budaya atau hasil karya setiap anak daerah di Indonesia, disamping wisata alam. Tanpa memandang AGAMA, kalau diperhatikan setiap daerah pasti mempunyai karya seni berupa seni patung, seni ukir kayu, bahkan yang lagi trend adalah batu-batu mulia. Lihat saja wayang, ada yang dari kulit ada pula yang berbentuk boneka, yang biasanya dikenal dengan wayang golek. Seiring jaman penggambaran tokoh wayang berkembang, tidak melulu dari cerita Mahabaratha. Begitu pula dengan seni ukir kayu, bisa tercipta seekor binatang baik itu kura-kura, bebek, kijang, naga, dan kemudian objek manusia baik itu seorang penari, petani, nelayan, tokoh terkenal (pahlawan), demikian juga dengan seni patung menghasilkan binatang atau manusia dengan segala bentuk. Tentunya hal itu semata-mata karena keahlian jari-jari seorang seniman ketika mengukir kayu, memahat batu, memoles batu marmer, membentuk besi menjadi sesuatu. Ketika karya seniman itu dipajang di tempat publik, tentunya banyak menimbulkan reaksi dari masyarakat sekitar. Ada yang mengatakan kalau itu sebuah karya yang sangat indah, memberitahukan kalau di daerah tersebut punya seniman handal apalagi kalau sampai menjadi ikon dari daerah tersebut. Berfoto di depan karya seniman itu, paling tidak memberi tahu kalau kita ada di daerah tertentu. Kasus di Sidoarjo tentang pembongkaran patung Jayandaru sangatlah memprihatinkan terutama di kalangan seniman, bahkan mempertanyakan pembongkaran tersebut. Patung dianggap sebagai benda berhala entah itu berupa orang, binatang atau sesuatu bentuk yang meresahkan. Tidak hanya di Sidoarjo, ada di beberapa tempat dimana patung sangat meresahkan mayarakat tertentu, bahkan ada yang dianggap mewakili agama tertentu. Bagaimana dengan nasib patung di Jakarta (Patung Jendral Sudirman, Pantung Pemuda, Tugu Selamat Datang, dll), di Surabaya (Jaleveva Jayamahe) di Sukoharjo (Patung Petani dan Tukang Jamu) dan masih banyak di kota-kota lainnya. Tidak usah di tempat publik, patung yang ada di Istana Bogor saja bisa dikasih baju (kadang dipakaikan baju batik, sedangkan patungnya karya seni dari Yunani), bahkan ada juga patung yang dikerudungi dengan kain lebar putih (stok seprai di istana jangan-jangan dipakai). Indonesia.... sebagian besar berduka karena seni patung dan teman-temannya akan mati, TAPI seni menggosok batu akik akan berjaya dan malahan wajib pakai bagi PNS di daerah tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H