Bagi orang-orang yang masih awam dengan homeschooling, mereka sering bertanya, bagaimana model pembelajaran homeschooling? Apakah anak-anak harus berangkat dari pagi sampai sore hari seperti sekolah? Apa saja yang dipelajari anak homeschooling?
Untuk memudahkan Anda membayangkan proses pembelajaran homeschooling, saya akan membandingkannya dengan sekolah formal.
Selama ini masyarakat Indonesia sudah akrab dan lebih banyak yang berangkat sekolah ketimbang memilih jalur pendidikan lainnya. So,lebih mudah bagi Anda membayangkan gaya belajar anak homeschooling jika disandingkan dengan sesuatu yang sudah familiar.
Perbedaan pertama, jalur pendidikan
Homeschooling tergolong dalam jalur pendidikan informal yang mana dalam pasal 3 Permendikbud 129/2014 sudah diterangkan dengan jelas.
Pendidikan informal merupakan kegiatan belajar secara mandiri yang diselenggarakan oleh keluarga dan lingkungan.
Sekolah tergolong dalam jalur pendidikan formal. Contoh dari pendidikan formal adalah pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi.
Perbedaan kedua, fleksibilitas
Sekolah tidak memiliki fleksibilitas. Semua kegiatan belajar, materi pelajaran, alokasi waktu belajar, evaluasi kompetensi diatur oleh kurikulum yang wajib diikuti oleh sekolah. Sekolah memang diminta untuk diijinkan menyesuaikan kurikulum dengan kondisi murid-muridnya. Namun, pada praktiknya tak banyak yang berubah dari kurikulum tersebut.
Homeschooling sangat fleksibel! Kita boleh menentukan sendiri visi pendidikan, mau memilih mapel sesuai minat diijinkan, waktu belajar pun ditentukan sendiri oleh orangtua. Mau belajar sejak bangun pagi sampai tidur malam pun sangat boleh.
Perbedaan ketiga, biaya pendidikan
Sekolah mengharuskan murid membayar semua fasilitas termasuk di dalamnya fasilitas yang jarang sekali/bahkan tidak pernah kita nikmati.
Saya masih ingat betul saat awal masuk SMA. Saya diminta membayar semua paket yang di dalamnya termasuk jas laboratorium. Waktu itu belum ada penjurusan dan bayangan mau masuk jurusan IPA atau IPS sama sekali belum terpikirkan.
Dan, benar saja! Pada akhirnya saya masuk jurusan IPS. Bisa ditebak apa yang terjadi pada jas lab saya? Hanya terpakai 2 atau 3 kali waktu duduk di tingkat pertama SMA. Kalau memang jarang sekali dipakai, seharusnya sekolah menyediakan beberapa jas lab untuk dipakai oleh murid di tingkat pertama.