Lihat ke Halaman Asli

Lion Andro

Mahasiswa/pelajar

Retorika Campuran

Diperbarui: 13 Juni 2020   01:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernah ga kalian tiba tiba mempunyai perasaan kepada seseorang ?. Pada awalnya memang biasa biasa saja. Tapi lama kelamaan jadi suka. Yang anehnya lagi tidak semua orang yang sering kita temui bisa kita sukai. Hanya beberapa orang saja yang bisa kita sukai setelah sekian lama kenal. Kalau kata orang jawa " tresno jalaran soko kulino". Saya agak tak setuju dengan kata ini. Alasannya, tidak semua orang yang terbiasa bertemu dengan kita serta merta kita sukai.kalau teori ini benar 100% , seharusnya orang  yang lebih lama kenal dengan kita maka lebih layak untuk kita sukai. 

Padahal tak sedikit orang yang mengalami cinta pandang pertama. Bingungkan ?, yang mana yang lebih pas untuk dijadikan landasan mencari pasangan. Pilih yang dari  "tresno jalaran soko kulino" atau dari peristiwa pandang pertama. Susah ditebak memang, tapi apa salahnya kalau saya membahas sedikit masalah ini. Karena ini masalah tentang rasa , maka rana nya sudah masuk masalah hati.

 Ketika berbicara soal hati sudah beda cara pendekatan nya, hati mempunyai landasan yang lebih abstrak, tak terukur, tak bisa ditebak, dan seketika bisa berubah dalam tempo sesingkat singkatnya. Sedangkan akal berlandaskan rasio dan realitas yang dirasakan oleh panca indera. Hal yang tak bisa dilihat,di dengar, dicium dan dirasakan syaraf syaraf maka tak bisa diterima oleh akal. Ketika mengimplementasikan apa yang di hasilkan oleh akal maka wujudnya bisa dilihat oleh kasat mata atau dengan bantuan alat. Selanjutnya soal hati biasanya malah seputar hal yang tak bisa dilihat. 

Seperti saat ada peristiwa yang tak terjangkau oleh akal tapi kadang hati yang merasakan, biasanya diungkapkan dengan ucapan "feeling atau firasat". Kedua hal ini ( hati dan akal) sebetulnya merupakan anugerah dari tuhan. Dengan adanya akal manusia bisa membuat berbagai macam teknologi dan memanfaatkan seluruh apa yang ada di permukaan dan di dalam bumi. Tapi tanpa ada nya hati ini semua bisa rusak, tak terkontrol. 

Contoh, jika dinalar populasi manusia yang terus bertambah tidak diimbangi oleh tingkat kematian akan menyebabkan lahan tempat tinggal dan lahan pangan tak seimbang, resiko nya terjadi kelaparan. Kalau hanya mengandalkan rasio saja. Seharusnya setiap kelahiran harus ada kematian atau jika sudah ada perhitungan yang pasti mengenai jumlah penduduk dibanding jumlah lahan pangan agar tidak terjadi kelaparan sehingga populasi manusia harus di pertahankan dalam angka yang tetap. 

Artinya ketika di temukan angka yang sudah tidak sebanding antara manusia dan lahan pandan maka harus ada peningkatan produksi atau yang paling ekstrem adalah dilakukannya pengurangan populasi yang dengan kata lain harus menghilangkan nyawa sesorang atau lebih. Hal tersebut kalau hanya menggunakan ukuran rasio maka sah saja, akan tetapi mungkinkah kita sebagai sesama manusia tega saja membunuh tanpa rasa bersalah. 

Nah.. masalah "tega" merupakan urusan hati. Begitu pula hati, ketika hanya mengandalkan perasaan saja manusia tak akan mampu memprediksi perkembangan ekonomi atau perkembangan teknologi. Tak mungkin Bill Gates menciptakan software dengan hanya berprinsip pada kata hati yang berkata "kamu akan sukses kalau menciptakan alat ini". Tentu karya Bill Gates bisa terwujud karena ada curahan akal yang bekerja keras dan hati yang tidak gampang goyah. Bagaimana kalau di praktekkan dalam hal mencari pasangan?. 

Saya awalnya hanya memakai metode hati, yang artinya saya cenderung bertanya tanya kepada hati tentang perasaan yang saya miliki kepada seseorang  apakah benar benar suka atau hanya sekejap hinggap. Cara yang dipakai teman saya adalah dengan  menunggu seberapa lama bisa menyukai orang yang sama. Jika dalam waktu beberapa bulan tetap suka, baru dilakukan pendekatan. 

Dengan cara ini potensi kalah cepat dengan orang lain besar sekali. Lalu dengan metode akal, yaitu saya sekedar mengamati bentuk fisik atau posisi orang tersebut dan kondisi keluarga nya serta cara berkomunakasi. Hasilnya memang berhasil, tetapi hanya dalam tempo sesingkat singkat nya saya bosan dan mengakhiri hubungan. 

Ketika sudah tidak ada alasan ketika tiada ada rasa dengan seseorang dan harus lebih mengalokasikan perhatian dan kasih sayang kepada satu orang yang sudah tidak begitu  dicintai. Terpikirkan oleh saya cara yang belum pernah dipakai (mungkin) yaitu memakai kombinasi antara pendekatan hati dan akal. Dengan metode ini tak hanya menyukai seseorang dari bentuk fisik atau yang tampak dari seseorang atau lingkungan disekitarnya, tetapi juga mengajarkan kita agar realistis dalam mencari pasangan. 

Saran saya ketika sudah ada perasaan dengan orang lain cepat cepat kita anggarkan waktu untuk menguji perasaan kita kemudian kita analisis mengenai potensi apa saja yang bisa kita perbuat dan kita pertahankan selama menjadi pasangan. Mengingat saat ini orang pacaran sekedar mencoba coba kalau cocok ya lanjut, kalau tidak cocok ya ambayar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline