Lihat ke Halaman Asli

Ayam dan Telur Ayam: Mana yang Lebih Dulu?

Diperbarui: 15 Oktober 2015   21:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pertanyaan “Lebih dulu mana ayam atau telurnya?” merupakan sebuah pertanyaan klasik yang membingungkan (setidaknya bagi saya). Di mana letak kebingungannya? Jika pertanyaan di atas dijawab bahwa ayam lebih dulu ada dibandingkan telurnya, maka akan timbul sebuah pertanyaan baru, “ayam berasal dari mana?” dan akan dijawab “berasal dari telur”. Begitu pula jika dijawab “telur lebih dulu ada dibandingkan ayam”. Maka akan timbul pertanyaan baru, “telur berasal darimana?” yang akan dijawab “berasal dari ayam”. Lalu mana yang lebih dulu: ayam atau telurnya?

 

Dalam mata kuliah “Sejarah Filsafat Yunani” (atau lebih tepatnya “Alam Pikir Yunani Kuno”) seorang teman saya sempat bertanya kepada dosen yang bersangkutan mengenai pertanyaan ini. Jawab sang dosen sangatlah singkat, “Yang lebih dulu ada adalah “Ada”. Tidak mungkin aka nada sebuah “ada” yang lain jika ”Sang Ada” tidak ada terlebih dahulu”. Jawaban sang dosen ini cukup menjawab pertanyaan ini, namun belum memuaskan saya seutuhnya. Saya secara pribadi, masih belum mendapat jawaban yang jelas akan pertanyaan klasik dan sederhana ini.

 

Barulah saat sedang belajar mata kuliah “Sejarah Filsafat Abad Pertengahan” (atau “Alam Pikir Abad Pertengahan”) saya mendapat jawaban yang memuaskan saya (setidaknya untuk saat ini). Ketika sedang membahas ajaran filsuf St. Agustinus mengenai ciptaan, dosen saya menjawab pertanyaan ini. Beliau menjawab bahwa ayam ada lebih dulu daripada telur (perihal kesempurnaanya). Mengapa? Karena kita tidak akan tahu bahwa “telur” itu adalah “telur ayam” jika kita tidak tahu adanya “ayam” terlebih dahulu.

 

Setiap ciptaan diciptakan dalam dua jenis sempurna dan kurang sempurna. Dalam hal ayam dan telur, ayam adalah ciptaan yang sudah sempurna, sementara telur adalah ciptaan yang kurang sempurna. Ciptaan yang kurang sempurna menjadi sebuah potensi untuk menjadi sempurna. Ayam, sebagai ciptaan yang sempurna, mempunyai kesempatan untuk meng-“ayam”-kan telur untuk menjadi ayam yang seutuhnya. Oleh karena itulah ayam tidak bisa tidak harus lebih dulu ada daripada telur ayam.

Perlu diketahui pada masa abad pertengahan, filsafat dikenal sebagai ancilla teologiae (hamba teologi), oleh karena itu nuansa yang diperlihatkan seolah-olah ranah filsafat masuk ke dalam ranah teologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline