Lihat ke Halaman Asli

Memikirkan “Abstrak” dan “Konkret”

Diperbarui: 15 Oktober 2015   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya ingin bertanya, “Apakah yang ada di dalam pikiran anda ketika mendengarkan kata ‘abstrak’ dan ‘konkret’?” Jika saya diperkenankan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan sederhana ini, saya akan menjawab seperti ini: kata “abstrak” memberi nuansa mengawang-awang atau - bahasa filsafatnya -sesuatu yang hanya terdapat dalam  tataran idea atau konsep; sementara kata “konkret” memberikan nuansa sesuatu yang sungguh-sungguh ada dalam kenyataan.

 

Dalam contoh sederhananya seperti ini: Filsafat seringkali dikatakan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang abstrak karena “mempersoalkan” sesuatu yang konseptual, seperti konsep negara Hobbes; perihal “konkret” adalah – kegiatan kita sehari-hari – bangun tidur lalu mandi atau cuci muka, kemudian istirahat, (persoalan yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan sehari-hari).

 

Namun, ada seorang filsuf Jerman yang memiliki pandangan yang amat lain dari apa yang kita pikirkan atau bayangkan selama ini. filsuf ini bernama Georg Wilhelm Friedrich Hegel. Dengan semangat “anstrengung des begriff”-nya, Hegel bermaksud agar filsafat (atau orang yang menggunakan filsafat) bersusah payah supaya mendapatkan paham atau pengertian benar mengenai suatu konsep atau pengertian. Secara sederhananya, Hegel berusaha mendapatkan pengertian akan suatu makna dengan penelusuran etimologisnya (asal katanya). Satu hal yang ia dapatkan adalah banyaknya pergeseran makna mengenai suatu kata berdasarkan pengertian etimologisnya dengan pengertian kata tersebut pada masa itu.

 

Dua kata yang menjadi salah satu pembahasan Hegel adalah kata “abstrak” dan “konkret”. Pertama, perihal kata “abstrak” secara etimologis dan sejalan dengan semangat anstrengung des begriff-nya,  kata “abstrak” berasal dari bahasa Latin abs + trahere yang mempunyai arti “menarik ke atas untuk menyatakan yang benar dari segala kemungkinan”. Sederhananya, arti etimologis dari “abstrak” adalah menyatakan suatu hal yang benar berdasarkan segala kemungkinan kebenaran yang sungguh-sungguh ada dalam  kenyataan; atau “yang abstrak adalah apa yang dinikmati kini dan di sini”.

 

Kedua, perihal kata “konkret”. Kata “konkret” berasal dari kata Bahasa Latin juga, co(n) + crescere, yang berarti “bersama-sama tumbuh”. Dalam pengertian etimologis ini, kebenaran didapatkan setelah melihat secara keseluruhan (dalam pertumbuhan à kita mengatakan manusia bertumbuh setelah melihatnya dalam rangka proses pertumbuhannya); atau “yang konkret adalah ketakketerkaitan dari pelbagai hal yang bisa diamati”.

 

Maksud dari Hegel adalah pengetahuan tentang yang “abstrak” itu diperoleh dari penginderaan, sementara pengetahuan tentang yang “konkret” didapatkan dari pemikiran (tataran idea). Hal ini tentunya sungguh berbeda dengan apa yang kita maknai sekarang ini. Maksud tulisan ini pun juga hanya ingin memberikan sebuah penawaran pemaknaan dari kata “abstrak” dan “konkret” yang nampaknya juga mulai bergeser dari makna asal katanya.

 

Namun, semuanya kembali lagi pada lingkungan dan budaya tempat kita tinggal. Mengapa? Karena bahasa merupakan permasalahan persetujuan di antara manusia-manusia yang tinggal di sana. Konsep Hegel tidaklah  perlu dipaksakan untuk dipakai, tetapi juga bisa dipakai sebagai salah satu pertimbangan dan pengetahuan yang memperluas cakrawala berpikir kita saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline