Lihat ke Halaman Asli

Film Remaja, Isu Seksualitas, Gender dan Reproduksi

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Irene Santika V/3477


Film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) disambut antusias oleh masyarakat karena dianggap sebagai sebuah gebrakan ditengah mati surinya perfilman tanah air. Film ini hadir dengan tema cinta dan persahabatan antar remaja yang sarat dengan puisi serta konflik.

Kemunculan AADC kemudian disusul dengan film-film seperti dan Virgin, Cintapuccino,dan Coklat Stroberi. Film-film tersebut selain mengusung mengenai konflik, juga memasukkan isu gender di dalamnya. Film yang lain, I Know What You Did On Facebook, misalnya, menampilkan isu homoseksual. Dalam film tersebut digambarkan homoseksual adalah orientasi seksual yang harus ditutupi karena mengancam kelangsungan pekerjaan yang tengah digeluti tokohnya.

Isu kehamilan di luar nikah serta prostitusi pelajar ( lebih dikenal dengan sebutan ayam kampus-red) juga ditampilkan dalam film-film remaja. Ciri khas dari isu yang ditampilkan adalah bagaimana seorang remaja ibukota berusaha untuk meraih gaya hidup mewah dengan menjadi pekerja seks. Kebanyakan film-film remaja sekarang ini, penonton disuguhi fenomena yang ada dalam masyarakat. Misalanya, ehidupan homoseksual yang saling cemburu, seks diluar nikah, aborsi, video porno, maupun isu mengenai perilaku seksual seperti onani.

Isu mengenai seksualitas dan reproduksi kini menjadi topic yang hangat untuk dijadikan salah satu adegan dalam film remaja . Yang paling esensial dalammengangkat isu ini adalah bagaimana menyampaikanisu secara tepat. Aborsi misalnya, media kerap menyampaikan bahwa aborsi ini adalah salah satu tindakan pembunuhan yang secara hukum dan agama dilarang. Jarang sekali disampaikanbahwa aborsi, pada hakikatnya merupakan tindakan yang dilakukan dokter untuk menyelamatkan nyawa pasiennya.

Isu mengenai keragaman orientasi seksual seperti gay dan lesbian dalam film, ditunjukkan sebagai disorientasi atau penyimpangan. Perilaku seksual lainnya seperti onani, juga tidak disampaikan secara utuh. Dalam film Sepatu Kets dan Putih Abu-Abu, misalnya, hanya disampaikan secara verbal bahwa setiap laki-laki pasti pernah onani. Onani dan perilaku seksual lainnya tidak disampaikan secara esensial, bahwa pada hakikatnya manusia memiliki hasrat seksual,yang secara natural akan dialami setiap manusia.

Pendidikan gender, seks dan reproduksi sangat diperlukan oleh para remaja, mengingat banyaknya isu yang terkait dengan hal-hal tersebut. Terutama seringkali isu tersebut direpresentasi oleh media. Dengan menanggalkan pemikiran bahwa gender, seksualitas dan reproduksi merupakan hal yang tidak tabu merupakan langkah awal untuk memahami bagaimana secara alami, setiap manusia memiliki hormon-hormon seksual yang bekerja di dalam dirinya. Dengan demikian, pengetahuan yang dibentuk adalah bagaimana memperlakukan setiap organ reproduksi secara sehat agar terhindar dari penyakit.

Perlu kerjasama antara institusi pendidikan dan tenaga ahli untuk mendampingi para remaja mengenai hal ini. Akan lebih baik lagi jika sejak dini remaja diberi arahan mengenai keragaman orientasi seksual. Hal tersebut dimaksudkan agar wacana yang beredar tidak merugikan maupun memojokkan pihak-pihak LGBTIQ. Kerangka berpikir mengenai organ-organ pribadi secara benar akan menjadi landasan yang utuh ketikamemandang orang lain. Dengan demikian, pemberian stereotipe negatif dapat ditekan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline