Lihat ke Halaman Asli

Engkau, Ibu.

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pada pangkuanmu segala duka kami ceritakan, dan engkau telah siap menempanya dengan bara api ketulusan dan godam ketabahan menjadi baju zirah pelindung  kerasnya zaman.

Pada kedalaman tatapmu bekas rindu tersemat bersama tawadhu seakhir hayat.

Pada telapakmu surga yang dijanjikan tak lagi kami hiraukan.

Pada air matamu dosa yang terampuni selalu engkau mintakan.

Pada sujudmu engkau ajari kami berwatak laiknya ksatria, tak ada mundur, namun juga tak ngawur

Sampai kami rasa sepenuh isi dunia tak lebih berharga dari usap tangan lembutmu penuh cinta.

Budi yang engkau tanam di ruh kami mengakar hingga dasar, bunga bunga yang tumbuh pada jasadnya perlahan mekar, tentu asamu bunga itu beraroma wangi para auliya.

Maafkan kami bila tak sanggup menggantinya, meski kami tahu tak pernah engkau mengharap balasnya.
(surabaya, 2012)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline