Pada pangkuanmu segala duka kami ceritakan, dan engkau telah siap menempanya dengan bara api ketulusan dan godam ketabahan menjadi baju zirah pelindung kerasnya zaman.
Pada kedalaman tatapmu bekas rindu tersemat bersama tawadhu seakhir hayat.
Pada telapakmu surga yang dijanjikan tak lagi kami hiraukan.
Pada air matamu dosa yang terampuni selalu engkau mintakan.
Pada sujudmu engkau ajari kami berwatak laiknya ksatria, tak ada mundur, namun juga tak ngawur
Sampai kami rasa sepenuh isi dunia tak lebih berharga dari usap tangan lembutmu penuh cinta.
Budi yang engkau tanam di ruh kami mengakar hingga dasar, bunga bunga yang tumbuh pada jasadnya perlahan mekar, tentu asamu bunga itu beraroma wangi para auliya.
Maafkan kami bila tak sanggup menggantinya, meski kami tahu tak pernah engkau mengharap balasnya.
(surabaya, 2012)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H