Apa yang kamu rasakan bila hendak berpergian dan tahu jika di tempat yang kamu tuju itu pasti bertemu dengan orang terkenal yang kamu kagumi ? Senang, semangat dan pokoknya waah menyatu menjadi satu deh ! Begitulah yang saya alami ketika pada Selasa, 16 Desember 2014 lalu memutuskan berangkat ke Jakarta. Rencananya saya hendak menghadiri acara pameran lukisan seorang kenalan di Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat. Pembukaan dari pameran lukisan bertajuk Pleasure itu sejatinya akan dibuka pada hari Kamis, 18 Desember 2014 dan salah seorang sastrawan senior kita yaitu Pak Sapardi Djoko Darmono (SDD) dijadwalkan membuka acara pameran lukisan ini.
Namun saya memutuskan berangkat lebih awal, selain juga bermaksud hendak berjalan-jalan di daerah seputaran TIM (Jalan Cikini dan Cikini Raya) dan melepas kangen dengan teman-teman lama yang ada di Jakarta sebelum hari H pembukaan pameran lukisan.
Seperti sudah menjadi kebiasaan umum bagi orang yang hendak berpergian sekaligus mengunjungi kawan lama, maka membawa buah tangan merupakan hal yang lazim. Saya memutuskan membawa kopi lampung sebagai buah tangan bagi mereka; mengingat (saya yakin) orang-orang yang akan saya temui itu pasti lah kopi mania dan kopi lampung merupakan kopi yang kesohor kualitasnya ke seantero Indonesia bahkan dunia. Kopi Lampung memiliki aroma harum tajam dan rasa yang pasti membikin ketagihan bagi para peminumnya.
Berhubung saya hanya akan di Jakarta selama beberapa hari, maka barang bawaan seperti pakaian tidak banyak yang saya bawa. Kopi lampung yang saya bawa sebagai buah tangan pun tak banyak saya bawa. Hanya delapan bungkus yang dikemas dengan berat antara 200-250 gram. Seluruh kopi itu saya jejalkan dalam sisi kanantas bersama pakaian. Kopi-kopi tadi saya masukkan dalam plastik bening lebih dulu sebelum saya masukkan dalam tas. Tujuannya untuk mengantisipasi pakaian dan tas tercemar aroma kopi yang tajam dan juga menghindari hal seperti (siapa tahu saja) kemasan kopinya sobek. Wah, kalau begitu kan habis seluruh isi tas saya, tercemar oleh bubuk dan aroma kopi !
[caption id="attachment_361032" align="aligncenter" width="300" caption="Tas merah berisi pakaian dan kopi lampung"][/caption]
Jujur, saya suka kopi dan sesekali menyeruput kopi. Akan tetapi kalau kelamaan mencium aroma kopi hitam yang kuat, menjadikan saya malah mabuk dan mual-mual. Makanya itulah yang saya lakukan, mengemas kopi yang saya bawa tersebut ke dalam plastik bening sebagai pencegahan menyebarnya aroma kopi ke pakaian dan seluruh bagian tas.
Rupa-rupanya cara yang saya lakukan ini masih kurang ampuh. Ya, ketika tiba di Jakarta pada sore harinya dan membuka tas pakaian plus kopi, aroma kopi masih saja menyengat di hidung saya. Waduh, gawat juga. Aroma kopi memang tidak seperti bau durian dan mungkin tidak terlalu menjadi masalah. Lihat saya bagaimana cara orang mengopi. Pasti yang mereka lakukan di awal-awal ialah menciumi aroma kopi seduh tadi, baru dilanjutkan dengan menyeruput kopi seduhan tadi. Sluurrpp, nikmat kopi pun segera mengguyur kerongkongan si peminum.
Tapi bagi saya, hal ini adalah masalah. Apalagi keesokan harinya, saya akan menghadiri acara pembukaan pameran lukisan dan disitu akan bertemu dengan Pak SDD juga. Nggak pede saya bertemu si sastrawan senior itu dengan pakaian yang dibekap aroma kopi. Dalam kepanikan dan ketidakpercayaan diri yang hinggap, saya cukup memeras otak memikirkan cara gimana supaya aroma kopi yang menempel di pakaian-pakaian saya ini pudar. Terutama sih pakaian model blouse warna ungu dan celana dasar hitam panjang. Sebab kedua pakaian tersebut lah yang rencananya hendak saya kenakan ke acara pembukaan pameran lukisan pada Kamis, 18 Desember itu.
Aha ! Teringat saya pada Kispray ! Sebenarnya sejak sebelum berangkat, saya sudah mewanti-wanti diri untuk beli Kispray sebagai alat antisipasi apabila aroma kopi tetap hinggap di pakaian saya (meskipun kopi-kopi yang saya bawa sudah diplastikkan). Namun saya lupa. Akhirnya saya putuskan untuk membeli saja di minimarket saat di Jakarta nanti.
Sehari sebelum acara H, saya mencari Kispray di dua minimarket yang ada di Jakarta. Minimarket pertama tidak menjual Kispray, eh minimarket kedua pun sami mawon. Baru akhirnya saya menemukan sekaligus bisa membeli Kispray di Giant Supermarket yang berada di Menteng Huis, Jakarta. Pada Kamis pagi (18/1), saya bela-belain jalan dari tempat penginapan ke Menteng Huis itu.
Ada beberapa jenis Kispray dijual disitu. Ada Kispray Violet, Kispray Yellow, Kispray Pink dan Kispray Bluis. Cukup bingung memilih Kispray yang mana, tetapi saya tahu kalau semua jenis Kispray ini pastilah mengandung formula anti kuman pakaian. Setelah bingung lima menit, pilihan saya jatuhkan kepada Kispray Bluis. Kebetulan disitu ada tester Kispray Bluis dan sampat saya coba semprotkan ke pakaian yang saya kenakan. Aromanya menyegarkan terasa sekali dan yang paling penting, saya yakin aroma Kispray Bluis sanggup melumpuhkan aroma kopi di pakaian yang akan saya kenakan untuk ke pembukaan pameran lukisan nanti.
Singkat kata usai membeli Kispray tadi, saya masih keliling-keling ke seputaran daerah Cikini. Sekitar satu jam sebelum pukul 15.00 WIB baru kembali ke hotel tempat saya menginap yang juga berlokasi di Jalan Cikini Raya. Sesampai di kamar hotel, segera saya keluarkan blouse ungu yang akan saya kenakan di acara pembukaan pameran lukisan. Saya semprotkan Kispray Bluis di beberapa sisi blouse. Lalu saya kibas-kibaskan. Sayangnya di hotel tak tersedia alat setrika sehingga tak mungkin menyeterika kembali blouse ini.
[caption id="attachment_361034" align="aligncenter" width="300" caption="Semprot blouse ungu dengan Kispray Bluis dulu"]
[/caption]
Untunglah formula Kispray juga berfungsi untuk melicinkan pakaian sehingga blouse yang saya kenakan masih tetap tampak licin dan terutama sih wangi bunga. Selain ke blouse, saya juga menyemprotkan Kispray ke celana hitam yang akan saya kenakan ke acara pameran lukisan. Celana hitam ini sudah saya pakain sejak hari Selasa atau sejak hari keberangkatan saya ke Jakarta. Bisa dibayangkan betapa kotornya celana ini. Debu, kuman dan bau tak sedap pasti menempel di celana hitam ini. Apalagi ketika melakukan perjalanan pergi, ada keharusan para penumpang bus turun dari bus yang ditumpanginya. Penumpang bus selama penyeberangan dengan kapal roro diharuskan berada di dek kapal bagian atas. Menuju ke dek atas kapal itu suatu perjuangan, khususnya karena asap kendaraan (truk tronton lagi !) yang terasa sangat menyengat plus asap rokok dari orang-orang yang ada disitu.
Pokoknya saya semprotkan Kispray beberapa kali ke sekujur bagian celana hitam tersebut lalu saya kibas-kibaskan. Dalam sekejap, bau asap segera lari dari celana hitam tersebut. Juga tak ketinggalan, tas tangan kecil berbahan kain jeans. Tas tangan kecil itu, saya lupa kapan terakhir kali dicuci atau malah nggak pernah dicuci. Mengingat saya bukanlah orang yang telaten merawat barang walaupun awet memakai barang. Saya semprotkan Kispray pada kedua sisinya. Alhasil wangi Kispray segera menyebar ke sekujur tas tadi.
[caption id="attachment_361035" align="aligncenter" width="300" caption="Tas tangan kecil juga disemprot Kispray"]
[/caption]
Sekira pukul 15.00 WIB saya berangkat jalan kaki menuju ke TIM. Agak berkeringat setibanya di sana. Namun aroma Kispray yang telah saya semprotkan di baju dan celana dasar hitam, sanggup mengalahkan bau keringat tadi. Sengaja pula saya datang ke TIM lebih awal, karena bersamaan itu ada sejumlah acara seni dan sastra yang digelar di sana.
Sedangkan acara pembukaan pameran lukisannya tercantum dalam informasi dan undangan akan dibuka pada pukul 18.00 WIB di Galeri Cipta III TIM. Akan tetapi molor sekitar satu jam dari jadwal. Pembukaan baru dilakukan pada pukul 19.00 WIB lewat sedikit. Ada banyak seniman yang datang ke acara pembukaan pameran lukisan cat air ini. Salah satu yang saya tahu ialah Budayawan Betawi Ridwan Saidi yang malah itu mengenakan batik.
Lalu, yang paling saya tunggu-tunggu – juga salah satu alasan yang mendorong saya berangkat ke Jakarta – yaitu Pak SDD. Malam itu Pak SDD yang mengenakan kemeja dibalut jaket dan topi pet serta berjalan ditopang tongkat kelihatan bersahaja membuka pameran lukisan bertajuk Pleasure ini.
Momen yang tak terlupakan, melalui seorang teman – saya minta diperkenalkan kepada sastrawan yang terkenal dengan karya puisinya berjudul Hujan di Bulan Juni itu. Sambil memperkenalkan diri, saya juga berbincang dengan Pak SDD mengenai puisi Hujan di Bulan Juni tadi – yang menurut saya sangat indah dan romantis.
[caption id="attachment_361036" align="alignnone" width="300" caption="Foto bareng Pak Sapardi Djoko Darmono di pameran lukisan bertajuk Pleasure"]
[/caption]
Tak ketinggalan, tentu saja foto bareng dong dengan Pak SDD. Senyum merekah antara gembira dan percaya diri yang saya rasakan saat itu, bisa bertemu Pak SDD yang karya-karyanya saya kagumi dan Kispray membantu saya mendongkrak rasa pede dengan aroma wanginya plus anti kumannya di pakaian saya. Ketika saya mem-posting foto tersebut di akun facebook saya, banyak yang komentar fotonya oke lho.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H