Lihat ke Halaman Asli

Dalam Bayangan Saya

Diperbarui: 1 Februari 2019   12:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : teropongsenayan.com

Saya membayangkan dulu ketika Imam Syafii memfatwatkan suatu hukum. Dan fatwa itu bertentangan dengan fatwa mufti-mufti lain. Ketika ditanya muridnyabeliau hanya menjawab, "Pendapatku benartapi bisa jadi salah, dan pendapat mereka itu salah, tapi bisa jadi benar." 

Lalu jauh setelahnya, saya kembali membayangkan KH. Hasyim As'ari yang nyantri kepada Kiai Kholil, Bangkalan. Kiai Hasyim sudah siap membawa kitab, mau ngaji, eh, disuruh cari kayu bakar. 

Sudah dapat kayunya, ngaji sudah selesai. Besok seperti itu lagi dan sampai beliau pulang, jarang sekali beliau mengaji kitab dengan Kiai Kholil. Tapi Kiai Hasyim tidak pernah nggerundel "Saya pingin ngaji kok disuruh-suruh terus?" 

Dan sampailah pada bayangan saya tahun ini, dimana para santri berdiri takzim ketika kiainya lewat. Tidak ada selama ini santri yang mendemo kiainya, lantara peranturan pondok yang tidak sesuai dengan 'karepnya' misalnya. 

Karena mereka faham bahwa ilmu itu ternyata bukan hanya soal fasal-fasal yang ada di kitab. Melainkan ada faktor barakah-kualat yang mempengaruhi sikap dan moral para santri. 

Ke pesantren, santri tidak wajib pintar,  tapi wajib belajar. Santri tidak sekedar memahami isi kitab (untuk faham isi kitab tidak perlu mondok) tapi lebih kepada mencari ridho dari gurunya. 

Tapi pada akhirnya saya tersadar bahwa ada yang hilang dari itu semua. Orang-orang fana dengan terang-terangan 'mendemo' seorang guru. Mungkinkah mereka santri? Saya jadi teringat ucapan kiai saya bahwa, "Santri saya sedikit, tapi yang mondok banyak." 

Artinya bukan semua orang yang mondok adalah santri. Melainkan santri adalah orang-orang yang punya budi pekerti yang sesuai dengan yang diajarkan gurunya, yang diuswahkan Rasulullah. 

"Pendapatku benartapi bisa jadi salah. Pendapat mereka salah, tapi bisa jadi benar." Usiikum wa nafsi. 

#eMFih 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline