Lihat ke Halaman Asli

Perubahan Kurikulum

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1351599346461088153

[caption id="attachment_220806" align="alignleft" width="251" caption="Perubahan Kurikulum"][/caption]

Akhir-akhir ini kita membaca bahwa pemerintah menyadari bahwa kurikulum Nasional kita sudah ketinggalan jaman dan sudah waktunya pemerintah menyusun suatu kurikulum yang sesuai dengan perkembangan jaman, agar para siswa siap memasuki era dunia global. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, di Amerika Serikat pun mereka merasa kurikulum mereka sudah tidak cukup untuk menampung perkembangan jaman yang begitu cepat.Dalam sepuluh tahun terakhir dunia teknologi berkembang sangat pesat dan anak-anak sejak usia dini saja sudah terkena dampaknya, dalam arti positif dan negatif.

Lihatlah di mal-mal anak 3 tahun sudah memegang tablet di tangan, berbagai permainan elektronik menggantikan permainan tradisional kita. Malah di satu kesempatan dalam suatu lift saya mendengar seorang anak SMP mengatakan kepada ibunya ia begitu mudah meng “HACK” komputer atau situs orang lain.

Bacalah buku Dr. Wagner yang berjudul ‘Dari Perbedaan Prestasi Global’: Mengapa bahkan Sekolah Terbaik kita tidak mengajarkan Keterampilan Baru yang sangat dibutuhkan anak-anak kita – dan apa yang bisa kita lakukan? (Judul asli: Dr. Wagner's book: From The Global Achievement Gap: Why Even Our Best Schools Don’t Teach The New Survival Skills Our Children Need—And What We Can Do About It, Basic Books, 2008).

Dr Wagner adalah seorang asisten Direktur Grup Perubahan Kepemimpinan di Universitas Harvard. Ringkasan buku tersebut adalah beliau mengatakan bahwa ada 7 keterampilan yang wajib dimiliki siswa-siswa sekarang dalam menyongsong abad 21. Keterampilan tersebut adalah:

  1. Berpikir kritis dan menyelesaikan masalah
  2. Berkolaborasi antar jaringan dan mempengaruhi dengan charisma
  3. Fleksibel dalam beradaptasi
  4. Berinisiatif dan mempunyai jiwa wirausaha
  5. Efektif berkomunikasi baik lisan maupun tertulis
  6. Kemampuan mendapatkan dan menganalisa informasi
  7. Mempunyai rasa ingin tahu dan imaginasi

Beliau juga melihat begitu besar perubahan pola pendidikan yang harus dibenahi. Pola pendidikan lama secara umum berangkat dari pola (ekonomi) pertanian menuju pola (ekonomi) industri. Kenyataannya sekarang kita sedang memasuki era dunia informasi, teknologi dan neuroscience. Tentunya generasi muda kita juga butuh pola asuh dan pola pikir yang berbeda. Untuk itulah di Amerika Serikat sendiri, beliau gigih memperjuangkan perubahan kurikulum agar motivasi siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan dan apa yang ingin dicapai.

Dr Wagner menamai anak-anak di jaman sekarang sebagai Generasi Net, yang dalam sehari-harinya terbiasa dengan segala sesuatu yang instan, banyak menggunakan web dan internet untuk mendapatkan pergaulan dan pertemanan, lebih mengutamakan minat daripada kewajiban, hampir setiap saat terhubung dan menciptakan hubungan baru melalui koneksi internet melalui gadget yang dimiliki. Sekolah dianggap ketinggalan jaman dan sesuatu yang dihindari, bila tidak ingin dikatakan sebagai suatu keterpaksaan (baca: oleh orang tua).

Untuk itulah, dalam rangka memotivasi dan mengajar generasi ini, kurikulum atau sistem sekolah harus dirombak. Sekolah bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaan - mengajar, belajar, menguji dan menilai - dengan cara-cara baru, sehingga sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman.

Di Indonesia sendiri gerakan ini baru akan dimulai tahun depan, di mana Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menjanjikan akan merancang suatu sistem pendidikan yang baru. Kita tahu bahwa merancang suatu sistem yang benar-benar akurat untuk mendapatkan hasil yang diinginkan tidak bisa bersifat insidentil dan harus bisa melewati suatu proses panjang untuk membuktikan keefektifan dan keakuratan hasil yang diinginkan.

Sebenarnya hal ini telah diprediksi oleh Dr. Edward de Bono. Beliau seorang visioner sejati, karena kemampuan beliau untuk memperkirakan perubahan jaman dan keterampilan yang dibutuhkan para siswa dan beliau ingin ada suatu keterampilan bagi anak-anak ini agar bisa dipergunakan sepanjang masa. Karya beliau untuk pelajar, yaitu: Six Thinking Hat®dan CoRT® diciptakan di tahun 1970 an dan kenyataannya sampai sekarang masih dipergunakan para siswa di mancanegara karena terbukti manfaatnya. Beliau telah memperkirakan bahwa jaman selalu berubah, dan dibutuhkan suatu keterampilan bagi anak-anak ini untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada.

Saya pribadi sangat berharap Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mau melirik sedikit ke program berpikir Dr. Edward de Bono untuk para pelajar, yaitu Six Thinking Hat®dan CoRT® dalam penyusunan kurikulum yang baru. Negara-negara tetangga kita seperti Singapura, Thailand, Hongkong, India dan lain-lain melakukannya. Anak Indonesia punya kecerdasan dan potensi yang sama dengan anak-anak di luar sana, yang tidak sama adalah dalam cara mereka dididik dan digali potensinya! Jika ingin menerapkan penelitian Dr. Wagner untuk anak-anak Indonesia dalam menyongsong abad 21, mereka juga wajib mempunyai 7 keterampilan seperti tersebut di atas.

Penulis: Ling Majaya

Email: Majaya@JadiKreatif.com

“Thinking is my lifestyle.”

PS: Penulis dengan senang hati menerima tanggapan, kritik, sanggahan dan masukan dari para pembaca karena dengan demikian terjadi proses belajar tiada henti dalam dunia pendidikan. Tugas mendidik merupakan tugas orang tua, guru, edukator dan masyarakat. Mari bangun Indonesia yang lebih baik melalui peningkatan potensi dan karakter putera-puteri kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline