Lihat ke Halaman Asli

Lingkungan

Biotik Abiotik Budaya

Pengembangan Smart Garden untuk Mendukung Mitigasi Perubahan Iklim di Perkotaan

Diperbarui: 23 Juli 2024   00:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Penyiraman otomatis di kebun Kalurahan SUmber, Banjarasri, Surakarta oleh Tim Riset Grup Perubahan Iklim dan Lingkungan UNS

Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan kapasitas masyrakat Sumber Martani yang ada di  Kota Surakarta dalam melakukan upaya mitigasi perubahan iklim.  Dampak perubahan  iklim  semakin  meluas  yang memicu  pada kerusakan lingkungan  ekosistem  sehingga menambah intensitas  kejadian  bencana yang perlu   dipelajari   dan  diwaspadai.   Otomatisasi merupakan hal penting bagi masyarakat perkotaan dalam mengembangkan tanaman melalui smart garden  atau kebun cerdas. 

Kapasitas  masyarakat perkotaan menjadi penting dalam menghadapi dampak perubahan iklim dengan menggunakan otomatisasi yang terhubung sensor di media tanam untuk penyiraman dan dukungan informasi suhu dan kelembaban udara. 

Saat ini  msayarakat di Kelurahan Sumber, Banjarsari, Surakarta Martani mengelola secara manual dalam melihat indikasi pengelolaan langsung untuk mengambil keputusan. Hal ini memerlukan tindakan perbaikan dengan memberikan peningkatan fasilitas dalam mengelola penyiraman secara otomatis. 

Metode yang pengembangan sebagai solusi adaptasi pengelolaan berbasis ekosistem menggunakan  Quality  Function  Deployment  (QFD)   untuk   mendapatkan  informasi perbaikan dalam pengembangan platform yang berbasis pengguna. Komponen yang digunakan dalam smart garden antara lain sensor suhu, sensor cahaya, arduino  serta berbasis mikrokontroler. Hasil dari kegiatan ini adalah berupa Smart Garden yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Masa beberapa tahun belakangan ini termasuk tahun ini akan menjadi rekor terpanas bumi karena efek gas rumah kaca yang mencapai rekor konsentrasi di atmosfer [2]. Kondisi lingkungan yang sangat panas yang terjadi pada suatu daerah dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman yang selanjutnya bisa menurunkan produktivitas tanaman Produktivitas tanaman yang menurun berupa kualitas tumbuh kembang tanaman yang buruk. Hal ini dapat dilihat dari daun yang kusam, berwarna kuning kecoklatan, serta muncul bintik-bintik pada daun [3].

Tanaman  juga  tampak  terkulai  dan  tidak ditumbuhi  bunga   maupun  buah.   Bukan hanya faktor suhu yang sangat panas, produktivitas tanaman yang buruk dapat disebabkan karena faktor lainnya seperti luas tanah, keasaman tanah, pupuk, hama, dan kondisi irigasi [4]. Semakin besar luas lahan untuk menanam tanaman, maka tingkat produktivitas tanaman juga semakin baik.

Namun, penggunaan lahan yang semakin besar memiliki konsekuensi penggunaan faktor lainnya seperti benih, pupuk, dan pembasmi hama tanaman [4]. Derajat keasaman tanah memengaruhi pertumbuhan tanaman.  Contohnya,  tanah yang bersifat asam terhadap tanah padsolik merah kuning (PMK), agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Derajat pH dalam tanah  juga  menunjukkan  keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Jika  tanah masam, maka akan banyak ditemukan unsur aluminium yang dapat meracuni tanaman [5].

Berdasarkan pemantauan  dan  evaluasi,  diketahui  bahwa  salah  satu  cara  untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan penerima manfaat dalam penggunaan aplikasi adalah  dengan mendorong mereka untuk  menggunakan aplikasi  untuk sehari- hari. 

Pembuatan simulasi berdasarkan kondisi lingkungan real-time, proyek ini memaksa para relawannya untuk  membiasakan diri dengan berbagai fitur dan menu yang tersedia di dashboard sensor. Untuk  lebih membiasakan penerima manfaat dengan fungsionalitas dan fitur aplikasi system informasi, maka diadakan mengadakan pelatihan keterampilan untuk  pegiat Smart Garden di Kalurahan Sumber, Banjarsari, Kota Surakarta. 

Sistem ini menerapkan manajemen tata kelola lingkungan pada sisi efisiensi penggunaan energi yang membuat penyiraman tanaman secara smart yang diartikan sebagai metode penyiraman yang dibuat lebih otomatis yang diaplikasikan untuk melakukan pengairan pada tanaman dengan  melakukan  efisiensi  penggunaan air melalui pemantauan debit air yang digunakan saat penyiraman dari aplikasi digital tertentu [7]. Smart garden menyediakan beberapa fungsi yang bisa memantau suhu dan kelembapan udara serta suhu dan kelembapan   tanah. Beberapa hal yang berkaitan erat dengan smart garden seperti komponen dan penerapannya pada lokasi tertentu diuraikan secara rinci dalam artikel penelitian ini.

Kelompok Tani Sumber Mertani merupakan kelompok pertanian yang memilih untuk berfokus pada sayuran rumahan. Metode yang digunakan untuk penanaman menggunakan metode yang inovatif. Karena lahan yang terbatas, metode penanaman yang digunakan menggunakan pot, hidroponik, dan vertical garden [8]. Kelompok Tani Sumber Mertani berkomitmen untuk meningkatkan kemandirian pangan di lingkungan sekitar dengan memanfaatkan ruang yang ada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline