Lihat ke Halaman Asli

orang tua : apakah Anak anda Kebanyakan Nonton TV ?

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada berapa ibu yang merasa anaknya begitu ? tidak ada datanya. Tapi pasti banyak sekali.

Ya, TV ‘kotak ajaib’ yang dipelototi tiap hari oleh semua usia. Tapi bagi anak-anak, banyak tugas yang harus dikerjakan. Sepertinya pembagian porsi waktu untuk ‘kotak’ ini menjadi terlalu besar.

Kita lihat dulu tugas anak, apa sih ? bermain, sosialisasi, sekolah, belajar di rumah, bantu ibu, dll. Lalu apa pentingnya tv untuk anak ? pengetahuan, informasi, salah satu sarana belajar, sumber bahan yang bisa untuk digosipkan pada teman-temannya. Tidak ada bedanya 'kan sama orang tua ?

Vonis bahwa Porsi untuk TV terlalu banyak, karena ternyata porsi untuk menonton hiburan yang paling banyak. Bukankah orang tua lebih senang jika anaknya menonton acara discovery channel daripada film kartun ?

Sehingga pada beberapa acara pertemuan orang tua dan sekolah, ada orang tua mengatakan, saya haramkan TV untuk anak saya. Sebagai nara sumber saya mencoba untuk bersikap arif. Saya bilang, itu tidak salah, boleh saja. Kebijakan setiap keluarga berbeda satu sama lain. Tapi lihatlah apa fungsi TV untuk anak. Jika semua fungsi TV bisa dipenuhi oleh orang tua, boleh saja tidak punya TV.

Fungsi hiburan, boleh tidak ada TV jika hiburan anak sudah cukup atau tertutupi oleh kegiatan hiburan lain, seperti : main bola, petak umpet dll.

Fungsi informasi dan pengetahuan. Boleh tidak ada TV jika orang tua bila melengkapi informasi dan pengetahuan untuk anaknya. Seperti : ada komik, bacaan atau VCD pengetahuan, ibu/ayah suka mendongeng atau membacakan cerita.

Fungsi sosialisasi. Sebagai orang tua kira tidak boleh egois. Ingat, anak juga perlu bersosialisasi dengan teman sebayanya. Salah satu bahan untuk bersosialisasi adalah acara TV. Jangan sampai anak merasa tersisih karena tidak bisa mengikuti pembicaraan teman sepermainannya.

Setiap rumah tangga memang bisa menerapkan kebijakan sendiri untuk anak-anaknya. Semuanya didasarkan pada persepsi memberi kebaikan untuk anak. Jadi, jika kekurangan tidak adanya TV di rumah bisa ditutupi oleh aktivitas lain, let’s go usir TV dari rumah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline