Lihat ke Halaman Asli

Lingkar Hijau Tebo

Penggiat lingkungan dan budaya /Seppayung hijau

Filosofi "Takkan Melayu Hilang di Bumi" Dalam PILKADA Damai 2024

Diperbarui: 17 Oktober 2024   02:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lambang dan Logo Debalang Negri Seentek Galah Serengkuh Dayung (Dkoumen LAMJ Tebo)

Filosofi "Takkan Melayu Hilang di Bumi" adalah ungkapan yang mencerminkan keyakinan mendalam bahwa identitas, nilai, dan budaya Melayu akan selalu bertahan, terlepas dari segala perubahan atau tantangan yang dihadapi. Ungkapan ini juga melambangkan kebanggaan dan optimisme masyarakat Melayu terhadap kelangsungan budaya, adat-istiadat, dan nilai-nilai mereka. Dalam konteks Pilkada 2024 di Kabupaten Tebo, filosofi ini dapat memberikan makna mendalam bagi masyarakat dalam menentukan pilihan pemimpin yang diharapkan dapat menjaga dan memperkuat jati diri serta nilai-nilai Melayu di daerah tersebut.

1. Pemimpin yang Menjaga Identitas dan Kearifan Lokal

   Filosofi "TakKan Melayu Hilang di Bumi" menuntut adanya pemimpin yang tidak hanya mengedepankan pembangunan fisik, tetapi juga melestarikan nilai-nilai budaya dan identitas Melayu. Dalam Pilkada Tebo 2024, masyarakat Melayu akan mencari calon pemimpin yang peduli terhadap pelestarian budaya, adat-istiadat, serta tradisi setempat. Pemimpin ini diharapkan dapat mengintegrasikan budaya Melayu ke dalam kebijakan pemerintahannya, seperti dalam pelestarian seni, bahasa, dan kegiatan adat.

   - Penghormatan terhadap Tradisi Lokal:  Calon pemimpin yang menunjukkan penghormatan terhadap tradisi Melayu, misalnya dengan mendukung upacara-upacara adat, bahasa Melayu, dan kegiatan budaya lainnya, akan lebih diterima oleh masyarakat Melayu di Tebo. Ini mencerminkan komitmen pemimpin untuk memastikan bahwa budaya Melayu tetap hidup dan relevan di tengah modernisasi.

2. Kepemimpinan Berlandaskan Agama dan Adat

   Filosofi ini juga mengisyaratkan bahwa nilai-nilai "agama" (Islam dalam konteks Melayu) dan "adat" merupakan fondasi penting dalam memilih pemimpin. Masyarakat Melayu di Tebo, yang sangat memegang teguh prinsip "Adat bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah", cenderung mencari pemimpin yang memiliki moralitas yang kuat dan bersikap adil berdasarkan ajaran agama dan adat.

   - Kepemimpinan Berbasis Nilai Moral:  Calon yang dikenal memiliki integritas dan menjalankan kepemimpinan yang bersandar pada nilai-nilai agama dan adat Melayu akan lebih dihormati. Pemimpin ini diharapkan mampu menjadi contoh yang baik, memimpin dengan keadilan, dan menjaga harmoni dalam masyarakat, terutama dalam menjaga kerukunan dan nilai-nilai kearifan lokal.

 3. Pelestarian Sumber Daya Alam dan Keseimbangan Lingkungan

Dalam pandangan Melayu, bumi dan alam adalah bagian penting dari kehidupan dan keberlanjutan budaya. Filosofi "Tak Kan Hilang Melayu di Bumi" juga mencerminkan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan, karena bumi dan alam adalah tempat di mana kehidupan Melayu berlangsung. Dalam konteks Pilkada Tebo, masyarakat Melayu akan cenderung mendukung calon pemimpin yang memiliki kebijakan berkelanjutan dalam mengelola sumber daya alam, seperti hutan, lahan, dan sungai yang menjadi bagian penting dari kehidupan mereka.

   - Pemimpin Pro-Lingkungan: Pemimpin yang berkomitmen pada pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, menjaga ekosistem lokal, dan melawan eksploitasi yang berlebihan akan mendapat dukungan lebih. Mereka dipandang mampu menjaga warisan alam yang menjadi bagian dari identitas masyarakat Melayu di Tebo, sehingga budaya dan cara hidup Melayu bisa tetap lestari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline