Lihat ke Halaman Asli

Lingkar Hijau Tebo

Penggiat lingkungan dan budaya /Seppayung hijau

Tafsir Pemilih Melenial PILKADA 2024, Skematis Dinasti Politik dan Oligarki Tebo

Diperbarui: 26 September 2024   06:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makam Sejarang Perang Sabil Teluk jambu Tebo (Dokumen Pribadi)

Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) di Tebo, seperti di banyak daerah di lainnya di Indonesia pada tahun 2024 ini, menjadi sorotan penting, terutama dalam konteks pemilih milenial. Dalam 10 tahun terakhir, pengaruh dinasti politik dan oligarki semakin mendominasi panggung politik. Ini semua akan membahas bagaimana pemilih milenial berinteraksi dengan fenomena ini, serta implikasi yang muncul dalam persfektif Penulis.

Dinasti Politik dan Oligarki!!!: Konteks Tebo

Dinasti politik merujuk pada kekuasaan yang diwariskan dalam suatu keluarga, sedangkan oligarki mengacu pada kekuasaan yang dikuasai oleh sekelompok orang kaya atau elit. Di Tebo, kita menyaksikan kombinasi keduanya, di mana beberapa keluarga memiliki pengaruh besar dalam politik lokal. Contohnya, beberapa kandidat dalam PILKADA Tebo adalah anak atau kerabat pejabat sebelumnya, yang memperkuat posisi mereka melalui jaringan yang sudah ada.

Semua proses Dinasti politik muapun politik Dinasti, Tidak akan terpisahkan dengan peran serta pengaruh kekuatan Oligarki (Aktor Intlek/ dalang dari semua pertunjukan dan drama politik yang di jalankan untuk mendaptkan kekuasaan. Berbagai sumber dan literatur, Semua proses dan sekenario Politik Dinasti dan oligarki, Tumbuh subur sejak masanya orde baru (ORBA) yang mana kebijakan dan kekuasaan dalam sitem kepemerintahan di jadikan transaksional serta di perdagangkan oleh segelinter Elit beserta krooni-kroninya.

Seperti halnya kebijakan dalam pembangunan tebo sejak tahun 2011 hingga 2022 lalun, Dominan pada kepentingan sekelompok eliti dan para kroninya. Tidak berdasarkan pada hajat hidup masyarakat tebo keseluruhanya.

Perspektif Pemilih Milenial

"Milenial, yang kini menjadi mayoritas pemilih, memiliki pandangan yang berbeda terhadap dinasti dan oligarki. Bagaimana mereka merespons fenomena ini?"

Generasi milenial tumbuh di era digital, Di mana akses terhadap informasi sangat mudah melalui media sosial dan internet. Hal ini membuat mereka lebih sadar akan isu-isu politik, Termasuk bagaimana dinasti politik dan oligarki dapat mempengaruhi demokrasi. Banyak milenial yang skeptis terhadap keberlanjutan dinasti politik karena mereka melihatnya sebagai ancaman terhadap meritokrasi dan keadilan politik. Sehingga membuat pemilih milenial cenderung lebih kritis terhadap dinasti politik dan oligarki, dengan mayoritas dari mereka menginginkan perubahan yang lebih demokratis dan inklusif.

Namun, respons mereka juga bervariasi, tergantung pada latar belakang, akses terhadap informasi, dan pragmatisme politik. Pemimpin yang mampu merangkul keinginan milenial untuk transparansi, keadilan, dan inovasi politik akan lebih mungkin mendapatkan dukungan dari generasi ini dalam Kontes Pemilihan kepala daerah Serentak mendatang. Secara umum, pemilih milenial di Indonesia memberi pengaruh pengaruh besar terhadap perolehan suara dalam pesta demokrasi (PEMILU) bebrapa dekade, Di mana kelompok ini memiliki pandangan yang unik terhadap fenomena demokrasi.

Literasi Digital dalam Keterbukaan Informasi 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline