Lihat ke Halaman Asli

Tujuh Macam Pasien (Just Kidding Version)

Diperbarui: 8 Desember 2015   11:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber ilustrasi: Dokumen Kompas Print"][/caption] 

Sepanjang saya berada di RS setiap hari selama 22 minggu terakhir ini, banyak tipe pasien atau keluarganya, yang saya hadapi. Entah di poliklinik, entah di bangsal. Sekarang, saya temukan banyak juga macam pasien di ruang bersalin (VK) dan di ruang bedah (Instalansi Bedah Sentral; IBS). Merekalah yang membuat hari-hari saya berwarna. Dan, inilah - tanpa mengurangi rasa hormat  - tujuh tipe pasien di Rumah Sakit, menurut on the Lingkan:

1. Pasien Tanya. Tipe pasien ini, tanya apa saja.
Saya: Bapak nanti ke laborat, bawa kertas ini, terus hasilnya dibawa saat kontrol ya Pak.
Pasien: Saya mesti ke mana Mbak, sekarang?
Saya: Ke laborat Pak. 
Pasien: Laboratnya di mana?
Saya: Di sebelah kanan, habis itu belok kiri situ Pak.
Pasien: Terus, di laborat ngapain? Saya disuntik? Diambil darahnya?
Saya: Iya, Pak.
Pasien: Sakit nggak Mbak? Kalo istri saya nemenin saya boleh?
Saya: Errhh.. Ke laborat aja deh Pak!

2. Pasien Piknik
Nah, ini adalah pasien yang paling banyak membuang sampah di RS. Setiap kali ke poliklinik, kalau menunggu sedikit saja, pasien ini pasti makan. Apalagi kalo ada keluarganya yang dirawat di rumah sakit. Mereka meggelar tikar di lantai, dan di tengahnya ada buah dan segala cemilan bervariasi. Yaah, saya bisa mengerti makanan itu adalah mungkin untuk menyuguhkan tamu yang datang menjenguk pasiennya. Tapi tetap saja, rasanya seperti, "Ini mau menjenguk, apa mau hajatan?"

Makanannya lebih banyak dari kosan saya (haha.. ya iyalah, secara saya pas-pasan) dan lengkap dari makanan ringan, buah, jus, sirup, teh, makanan berat berupa nasi beserta rantangan isi lauk, hingga kue Khong Guan yang isinya rengginang. 

Yaaa, tidak masalah dengan itu semua. Tapi kadang mengganggu dokter yang akan visit sangking banyaknya makanan di atas tikar. Dan, mengganggu koas yang kelaparan, karena ingin makan namun apa daya tangan tak sampai.

3. Pasien Drama.
Pasien ini kebanyakan di IGD. Terutama wanita. Bayangkan:
Saat itu hujan deras. Namun hatiku, tidak semendung awan, tidak sederas hujan. Aku bahagia, begitu pula dia kekasihku yang berada di depan, mengendarai motor dengan hebatnya. Lalu, tiba-tiba sesuatu terjadi. Ada jalanan yang berlubang besar di depan, namun kami tidak bisa mencegah. Kekasihku menghindari lubang itu, tapi ternyata jalan terlalu licin. Kami tergelincir ke arah kiri, menabrak semak-semak. Lalu aku melihat pacarku...

Saya: Ooh, jadi jatuh ke arah kiri ya mbak. Ada cedera di kepala? Masnya sempat pingsan?
Mbak: Nggak sih, tapi... pipi indahnya, dok. Aku.. Dia... huhuhuhuuuu..
Saya: Ooh, cuma luka di pipinya aja kan? Ada mimisan? Atau benturan di dada?
Mbak: Huhu..hu... Nggak dok. Dokter cepetan deh bertindak!
Saya: Iya, mbak. Mbaknya jangan nangis yah..
Mbak: (tiba-tiba mengenali seseorang) Ah, ma.. Mama!?!
Mama: Lho.. Kamu ngapain di sini?? Ngapain sama cowok ini? Sudah mama bilang, kamu gak boleh pacaran sama dia!
Mbak: Tapi aku cinta dia ma! Ini hidup aku!
(datang bapak-bapak)
Bapak: Lho, kamu kok ada di sini? 
Mama: Lho, mas?!
Mbak: Ini siapa ma?! Mama... Se.. Seling..??
Mama: Jangan bicara yang ngawur kamu!! Kamu itu masih anak-anak! (Plak!)
Saya: Err.... 

Hahahha.. Memang tidak seperti ini, tapi pasien drama itu ada. Tiba-tiba bed sebelah ternyata anaknya sepupu kakaknya lah, ada yang nangis karena dismenorea (sakit saat menstruasi) tapi pacarnya ikutan nangis laah.. Ada.

4. Pasien Pasrah.
Naah, ini biasanya adalah pasien manula. Baginya, dokter adalah utusan dewa, bisa apa saja. Apa yang diinginkan dokter, adalah amanah dari Yang Maha Kuasa. 

Dokter: Opa, ini opa punya tumor jinak di prostat Opa. Gimana, mau dioperasi atau nggak, Opa?
Opa: Gi.. gimana? Gimana, Dok?
Dokter: Opa punya tumor di prostat Opaa.. Mau dioperasi gaak?
Opa: Terserah dokter saja, Dok.
Dokter: Wah, gak diskusi sama keluarga dulu?
Opa: Terserah dokter saja, Dok..
Dokter: Lho, kok terserah. Tadi yang nganter siapanya? Suruh masuk gih. Keponakan? Anak?
Opa: Terserah bapak dokter saja! Saya ikhlas!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline