Lihat ke Halaman Asli

Memasuki Peradab New Neo Pranata Sosial di Era Pandemi Covid-19

Diperbarui: 8 Mei 2023   18:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ragam respon masyarakat terhadap wacana new normal menarik untuk dibahas kebijakan terbaiknya. Seperti, apakah sudah saatnya new normal dengan argumentasi dan data pendukung untuk seluruh wilayah Indonesia? Keputusan damai adalah yang terbaik untuk setiap wilayah, meskipun tentu saja dengan derajat yang berbeda-beda. Apakah normal baru merupakan cara hidup perantara dengan Covid-19 yang belum ditemukan vaksinnya? Pertimbangan pertama adalah pengendalian penyebaran Covid-19 secara epidemiologis. Kedua, melakukan kegiatan ekonomi secara bertahap sejalan dengan ketentuan kesehatan. Kesepakatan kesehatan semacam inipun sulit untuk dilaksanakan, apalagi tanpa dukungan kebijakan, ketegasan dan, terlebih lagi, contoh tindakan pemerintah terhadap masalah tersebut. Tetap terlihat pertimbangan ekonomi jauh lebih menggema dibanding pertimbangan epidemiologi wabah. Skala prioritas yang fokus masalah diperlukan di sini. Melalui skenario apapun efek. keberhasilan new normal tentu tidak bisa instan untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi yang fantastis.

diskusi yang menarik. Apakah kata “new normal” (orde baru) yang gencar disosialisasikan dan dimaknai paling sesuai dengan kebutuhan bangsa yang sebenarnya? Jika itu, tanggung jawab ini! Dan dalam jangka panjang akan kurang menguntungkan. Bisa "layu" menjadi negara besar yang kaya akan sumber daya alam. Mengingat momen ini sebenarnya tidak digunakan sebagai jalan langsung untuk mencapai peradaban hidup yang lebih baik. Seharusnya mampu mengubah makna new normal yang sarat dengan pertimbangan ekonomi yang dibungkus dengan modifikasi perilaku sehat dalam aktivitas kerja jangka pendek. Mengapa tidak menggunakan momen ini untuk propaganda mengubah perilaku peradaban yang lebih tinggi yang sangat dibutuhkan negara ini melalui sistem sosial baru. Institusi sosial baru adalah perilaku diri baru dalam masyarakat, bangsa dan negara, "investasi" eksplisit dalam kehidupan modern yang ramah dalam arti luas.

Jika sumber daya yang ada dapat memanfaatkan waktu (momen spesial), segera ubah paradigma normal baru (orde baru) menjadi kehidupan baru di negeri ini (institusi sosial baru). Pastikan negara ini kini hidup di era baru pranata sosial, sebaiknya memanfaatkan pandemi Covid-19 di waktu yang tepat. Bersama-sama kita saling menguatkan dalam memahami bahwa pandemi ini dapat digunakan untuk menginspirasi mereka untuk berubah dan membiasakan hidup di era baru pranata sosial untuk peradaban yang lebih tinggi (baik).

Ini adalah waktu untuk menyebarkan dan menerapkan institusi sosial baru. Sudah waktunya untuk mulai bergeser dan menjauh dari perspektif egois tentang kehidupan ke perspektif yang menumbuhkan rasa hidup bersama. Pandangan bahwa keselamatan pribadi dan keluarga tidak ada artinya jika banyak orang lain yang tidak selamat, menjadi korban atau justru dikorbankan. Ini adalah era di mana orang mulai memahami etika dan moralitas, menerapkan prinsip menjadi orang yang patuh pada aturan, tidak meletakkan beban hidup pada orang lain, hidup mandiri, dan tidak terlalu bergantung pada domain orang lain. Hidup bersih termasuk tidak membuang sampah sembarangan. Institusi sosial baru yang dapat dicapai mulai dari individu, dari pedesaan hingga metropolitan, dari sandal jepit hingga koneksi, hingga perbaikan negara dan tatanan negara. Institusi sosial baru merupakan perubahan perilaku yang juga telah dimaknai sebagai teknik adaptasi bertahan hidup yang ramah lingkungan. Manusia harus membangun "benteng" yang tidak kelihatan tetapi kokoh berdasarkan ilmu pengetahuan (peradaban).

Semoga sebagai orang biasa, orang berdasi, orang berkuasa dan politisi juga bisa berubah. Masing-masing menjalankan tugasnya untuk mencapai peradaban yang lebih baik. Selamat datang dan nikmati indahnya peradaban baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline