Beberapa hari yang lalu saya berkesempatan untuk menjelajahi sudut-sudut Kota Banjarmasin menggunakan perahu bermotor atau klotok. Semuanya berawal dari ajakan teman yang menawari saya untuk bergabung mengikuti paket wisata susur sungai dan buka bersama yang diadakan oleh salah satu trip organizer. Tanpa berpikir panjang saya pun mengiyakan ajakan tersebut karena selama saya tinggal di Kota Seribu Sungai ini saya belum pernah merasakan yang namanya wisata susur sungai yang menjadi daya tarik dari kota ini.
Singkat cerita, pada hari yang sudah ditentukan saya dan para peserta trip berkumpul di salah satu hotel di Banjarmasin yang lokasinya berada dipinggiran Sungai Martapura. Saya sangat bersemangat mengikuti acara ini karena akhirnya saya bisa menyusuri sungai-sungai kecil di Banjarmasin sembari menunggu waktu berbuka puasa. Hanya dengan membayar uang sebesar Rp. 55,000 saya dan peserta lainnya bisa berkeliling ke sudut-sudut kota yang tidak terjangkau kendaraan bermotor plus mendapatkan menu berbuka puasa. Itu jauh lebih murah jika dibandingkan dengan menyewa kelotok sendiri yang bekisar antara Rp. 200,000 - Rp. 300,000.
Saat di lokasi, ternyata animo warga Banjarmasin untuk mengikuti kegiatan ini cukup besar, ada sekitar 40 orang dari segala usia yang akan mengikuti wisata susur sungai ini. Kami menunggu sekitar setengah jam sampai akhirnya tour leader kami meminta para peserta untuk segera berkumpul di dermaga. Ada 4 klotok yang sudah merapat dan satu persatu peserta turun ke klotok mengikuti arahan dari sang tour leader. Saya dan kedua teman saya menaiki klotok kedua bersama 4 peserta lainnya. Setelah semuanya duduk, klotok yang kami naiki pun bergerak mengikuti klotok yang pertama. Klotok bergerak dengan cepat ke arah hilir, sekitar 100 meter dari dermaga, alat transportasi air ini berbelok menuju ke sebuah sungai kecil yang mengalir ditengah-tengah perkampungan.
"Kita di Sungai Kelayan sekarang," kata salah satu teman saya memberi penjelasan. Begitu memasuki Sungai Kelayan, kami langsung disambut oleh anak-anak yang sedang mandi di sungai, mereka berteriak menyapa kami sambil melambaikan tangannya. Klotok terus bergerak berlahan menyusuri aliran sungai, memberikan kami banyak kesempatan untuk menikmati pemandangan yang ada. Kendaraan khas Kalimantan ini beberapa kali berbelok ke sungai yang lebih kecil lagi menuju jauh kedalam perkampungan. Selama perjalanan kami disuguhi pelbagai pemandangan khas Kalimantan seperti rumah-rumah khas Banjar yang terbuat dari kayu walau mayoritas sekarang beratapkan seng bukan atap rumbia lagi. Semuanya tampak berjejer sangat rapat memenuhi kedua sisi sungai.
Selain itu kami juga bisa melihat kegiatan warga sekitar yang sedang beraktifitas seperti mandi, mencuci pakaian, memasak di dapur, mancing atau sekedar bersantai di belakang rumah. Saat kami melewati warga yang sedang beraktifitas tersebut, mereka tampak tidak terganggu dengan kehadiran kami. Terkadang mereka dengan ramah menyapa kami, khususnya anak-anak yang sedang mandi disungai atau yang sedang duduk-duduk atas jembatan.
Selepas dari perkampungan kami melihat sebuah pemandangan yang jauh dari gambaran sebuah kota besar. Kami melihat burung-burung terbang rendah di atas sungai untuk mencari makan. Pepohonan yang hijau dan rindang menghiasi kedua sisi sungai. Tak ada rumah penduduk yang berdiri, semuanya masih tampak alami dan seakan sedang berada di tengah-tengah hutan Kalimantan. Air sungai mengalir begitu tenang, tampak seorang bapak dengan santainya mengayuh perahu atau jukungnya menuju arah yang berlawanan dengan kami. Sunguh pemandangan yang luar biasa.
Sayangnya suasana tersebut tidak berlangsung lama, setalah sekitar 150 meter tampak jembatan kayu berdiri diatas sungai yang kemudian disusul oleh rumah-rumah warga yang berjejer dipinggiran sungai. Yang membedakan dari kampung sebelumnya, rumah-rumah warga hanya berada disatu sisi sungai sedangkan sisi yang lain kebanyakan masih berupa ladang atau sawah. Setelah beberapa saat, klotok kami tembus ke Sungai Martapura. Klotok bergerak ke arah hulu untuk kembali ke hotel. Sepanjang perjalanan menyusuri Sungai Martapura kami bisa melihat, kapal-kapal tugboat berjejeran di pinggir sungai, melihat kantor walikota Banjarmasin dan melihat gedung-gedung tinggi yang ada di kota.
Setelah berkeliling selama kurang lebih satu jam, klotok kami akhirnya bersandar di dermaga depan hotel. Satu persatu kami naik ke dermaga dan langsung menuju ke dalam hotel untuk berbuka puasa. Saat berbuka puasa, para peserta asik berbagi pengalaman mereka masing-masing saat menyusuri sungai. Secara umum, mereka sangat menikmati perjalanan ini begitu pula dangan saya. Saya berharap pemerintah daerah dapat memajukan potensi wisata yang ada di Banjarmasin ini karena tidak hanya bermanfaat dari segi ekonomi tetapi juga dapat memperkenalkan budaya sungai yang ada di Banjarmasin baik kepada orang luar dan juga kepada masyarakat Banjar sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H