Lihat ke Halaman Asli

Masihkah Hidup Ini Layak untuk Kita Jalani? Antropologi Diri

Diperbarui: 28 Februari 2019   10:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2 kata yang menjadi pusat imaji dan dialektika saya beberapa hari ini "Hidup" dan "kehidupan" sebenarnya sudah 2500 tahun lalu dibahas. cuman orang malas mengungkit- ungkit hal-hal dari 2500 tahun silam. sekarang eranya kopi to? (diamput tenan wkwk) okelah.

Hidup Dan Kehidupan sendiri memiliki makna sastrawi dan semiotiknya sendiri ada imbuhan berarti dia melakukan sesuatu, ada makna tambahan didalam imbuhan ke- dan -an

kalau tunggal dia pasif bermakna lebih sempit, bisa saja diasosiakan ke binatang dan tumbuhan karena mereka juga hidup.

kehidupan sendiri juga dimaknai oleh berbagai cabang keilmuan seperti bilogi, fisika, kimia dan matematika dan sesungguhnya segala keriuh rendahan pengetahuan zaman dulu digunakan untuk menjawab satu pertanyaan simpel itu ?

apa itu kehidupan ? mengapa terjadi ?

sampai sekarang profesor pemenang nobel pun masih mencari dengan kekuatan ilmu dan hasilnya nihil tentang kehidupan.

sedang saya disini masih terperangkap oleh sistem, urusan perut, pemenuhan kebutuhan hidup, bukan mencari apa makna kehidupan itu sendiri?

kalau didalam islam, kata hidup dan kehidupan sudah punya pijakan jelas tidak usah dipertentangkan. kalaupun dipertentangkan karena iman belum mentok atau ilmu baru sejengkal. atau jangan2 sudah percaya total tetapi sengaja ingin mempertanyakan dan pura-pura meragukannya kembali supaya ada kesibukan saja (uhuk)

tetapi dalam ranah filsafat, kehidupan sendiri sejak zaman yunani kuno antara guru dan murid, socrates dan plato mereka sudah mempertanyakan apa itu manusia? apa itu kehidupan? dan mereka mulai sekitar 2500 tahun lalu.

apakah kita telat untuk mempertanyakan hal tersebut ? pertanyaan ini pun jadi landasan bagi pengalaman empiris sosiologis saya, yang pada akhirnya menjadi dasar untuk menulis narasi antropologi kalau boleh disebut begitu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline