Libur t'lah tiba! Saatnya berkeliling Jogja!
Bukan berkeliling sih, lebih tepatnya.. mampir! Hihi. Mungkin sebagian besar pembaca berdomisili Yogyakarta sudah amat sangat familiar dengan Museum Benteng Vredeburg yang letaknya dekat dengan nol kilometer.
Benteng ini berdiri gagah dengan dominasi warna putih yang megah, luas sekali. Pada sisi kanan sebelum masuk ke dalam benteng, Anda dapat melihat hamparan rumput yang hijau terawat. Tepat di situ, spot favoritku bersama temanku menikmati Malioboro dengan suasana yang lebih tenang.
Dari situ, kita bisa memandang seberapa hiruk-pikuknya pusat kota Yogyakarta yang setiap hari tanpa henti dikunjungi oleh orang-orang yang mencintai kota ini.
Memang tujuan utama saat berkunjung ke museum adalah untuk mengamati peninggalan sejarah, mempelajarinya adalah bentuk rasa menghargai kita terhadap tokoh yang telah berjasa bagi negeri ini. Namun menikmati setiap hal yang kita lakukan di hidup ini dengan cara yang lain daripada yang lain, tidak ada salahnya, kan?
Benteng ini dulunya dibangun atas keinginan Belanda yang katanya ingin menjaga keamanan kraton dan sekitarnya. Ada udang dibalik batu, ternyata dibalik dalih tersebut Belanda memiliki maksud untuk mempermudah mengontrol perkembangan kraton.
Benteng ini dipindahtangan ketika Jepang menguasai Yogyakarta, Jepang memakai beberapa ruangan untuk tempat tawanan orang Belanda dan Indonesia yang melawan Jepang, beberapa ruangan lain digunakan untuk markas dan gudang senjata Jepang.
Pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1945, Benteng diambil alih instansi militer republik Indonesia. Namun pada saat agresi militer Belanda II, benteng dijadikan markas oleh Belanda.
Oleh karenanya, pada peristiwa Serangan Umum pasukan TNI menjadikan benteng ini salah satu sasaran untuk menaklukkan pasukan Belanda. Setelah Belanda mundur, benteng dikelola oleh APRI (referensi: Dinas Kebudayaan Yogyakarta).