Ekonomi Malaysia nampaknya kian genting! kurs ringgit sudah di posisi RM 4,2318 per dollar AS, sudah anjlok 31 persen dalam setahun. Terhadap Rupiah sendiri, Ringgit telah anjlok 400 Rupiah/RM dari 3700 ke 3300 dalam tiga bulan terakhir. Meskipun cadangan devisa Malaysia masih tersisa 92,67 miliar dollar AS, tetapi arus keluar dana asing cenderung semakin besar di kedepannya. Diperkirakan investor asing masih akan cenderung keluar dan wait and see untuk kembali masuk ke MalaysiaM. Hal ini dikarenakan kemungkinan terjadinya krisis multidimensi di Malaysia, dimana dalam beberapa bulan terakhir kepercayaan publik terhadap pemerintahan sekarang sudah sangat menurun. Dugaan korupsi di 1Malaysia Development Berhad (1MBD) menjadi satu pemicu/pemantik terbongkarnya kasus korupsi yang lain, sehingga akan terjadinya Krisis multidimensional di Malaysia. Pemegang kekuasaan politik dan ekonomi Malaysia sepertinya sedang terusik.
Sedikit melihat kebelakang, Malaysia pada krisis thn 1998 seolah lebih kuat dan mampu pulih lebih cepat dari Indonesia. Karena boleh dikatakan pada saat itu Malaysia untuk sementara tidak terguncang oleh masalah ekstra yaitu permasalahan Politik. Dimana ketika itu PM Mahatir mampu mempertahankan legitimacy pemerintahannya dengan mengisolasi Deputi PM Malaysia Anwar Ibrahim yang saat itu memilih untuk melakukan reformasi. Sebagai catatan hingga saat ini partai UMNO, partai Puak Melayu, masih tetap berkuasa di Pemerintahan Malaysia. Sepertinya BOM WAKTU itu akan segera meledak di Malaysia, tidak lama lagi, Tanda-tandanya sudah terpampang nyata (meniru Syahrini). Mengikuti suatu argumen yang sudah sangat terkenal, " Power is Corrupt" and "Absolute power is corupt obsolutely", dengan kata lain suatu kekuasaan yang dipegang terlalu lama akan membangkitkan korupsi yang masive, karena Power yang disematkan kepada manusia bersifat corupt, karena manusia adalah makhluk yang berdosa dan penuh keterbatasan. Berbeda jika Power itu berada di tangan TUHAN yang maha sempurna.
Keinginan seorang Anwar, yang saat itu sebagai menteri keuanganyang menghendaki reformasi, tertunda. Para pemegang kekuasaan dan para konglomerasi Malaysia sepertinya sudah sangat nyaman dengan sistem yang ada. Budaya Korupsi yang sudah sangat gawat dan pemerintahan yang tidak transparan sepertinya tetap berlanjut hingga saat ini. Namun demikian meskipun Reformasi itu sempat tertunda belasan tahun yang lalu, apakah tahun ini kita akan melihat Reformasi terjadi Malaysia. Keyakinan saya, Tidak ada Pesta yang tidak usai. Ada saatnya merapikan kembali sisa-sisa pesta semalam.
Saran saya, tidak ada salahnya Malaysia melihat dan belajar dari pengalaman Indonesia dalam melewati reformasi. Sebagai tetangga kita harus saling membantu untuk kesejahteraan bersama. Supaya diperoleh solusi yang mungkin lebih baik dan cepat dan tepat, tanpa harus trial and error. Demi kelancaran Masyarakat Ekonomi Asean di region ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H