Lihat ke Halaman Asli

Immanuel Lingga

write what you think

Mengupas Strategi Bisnis Alfamart dan Indomaret: Kompetisi atau Risk Sharing atau "Kartel"

Diperbarui: 27 Agustus 2015   17:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kita mungkin sudah tidak dapat mengingat nama toko waralaba yang ada di depan komplek rumah kita. Hal ini sebenarnya bukan karena kita lupa, tetapi karena mungkin kita sudah tidak perduli perbedaan antara keduanya, Indomaret dan Alfamart. Kita sering bilang, “mampir ke indomaret dulu”, tetapi ternyata kita mampir ke Alfamart, atau sebaliknya. Masyarakat sudah semakin sulit membedakan antara Indomaret dan Alfamart, selain itu masyarakat sudah mengidentikan kedua perusahaan tersebut.

Dalam strategi bisnis, suatu organisasi haruslah memiliki keunikan identitas tersendiri yang tidak dimiliki kompetitornya untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan daya saing yang terus menerus. Tetapi dalam fenomena Indomaret dan Alfamart, sesungguhnya saya berpendapat kedua perusahaan ini tidak sedang berkompetisi, tetapi mereka sedang melakukan market koalisi dan risk sharing. Kenapa saya berpendapat demikian, sebagai contoh, dari pengamatan saya kedua toko ini tidak pernah mengadakan program diskon untuk suatu produk barang yang sama. Ketika Produk A di diskon di Indomaret maka sangat jarang produk tersebut akan didiskon di Alfamart pada waktu yang bersamaan. Dan tidak banyak konsumen yang selalu datang kedua toko ini untuk hanya sekedar membandingkan harga untuk satu produk A. Bukti lain adalah, dilihat dari laba bersih kedua perusahaan, sepanjang tahun 2013 pemilik jaringan Alfamart mencatatkan laba bersih Rp. 538.35 milliar dan Indomaret sebesar Rp. 471.124. Meskipun terdapat perbedaan laba, tetapi menurut saya hal itu tidaklah significant.

Keberadaan perusahaan yang identic tidak selalu mencerminkan suatu kompetisi yang sengit. Meskipun pada pemberitaan media online, Marketing Director PT Indomarco Prismatama (Indomaret), Wiwiek Yusuf menuding Alfamart meniru strategi bisnisnya, bahkan sejumlah karyawan Indomaret pun banyak yang hengkang ke Alfamart. Sumber: http://bisnis.liputan6.com/read/2062826/indomaret-vs-alfamart-pertarungan-sengit-raksasa-ritel-indonesia?p=1 . Tetapi sesungguhnya market kompetisi tidak terjadi diantara mereka.

Dalam jangka panjang, absennya market kompetisi akan menyebabkan inefesiensi dalam sistem ekonomi kita. Tidak ada incentives yang cukup untuk membuat kedua perusahaan tumbuh menjadi perusahaan yang inovativ, karena tidak ada desakan untuk berinovasi. Masyarakat selaku konsumen akan dirugikan dalam hal ini, karena ketika sistem “kartel” terjadi maka, public akan tereksploitasi dan Social welfare akan menurun.

Perlu disadari, industry ritel dimasa yang akan datang adalah sector yang paling penting, karena penyerapan tenaga kerja yang paling besar di masa yang akan datang adalah dari sector ritel. Statistik dunia mengatakan bahwa penyerapan tenaga kerja di sector manufaktur sudah menurun drastic sejalan dengan perkembang teknologi rekayasa manufacture, automasi dan IT. Maka, kedepannya dianggap perlu untuk menghadirkan competitor baru di sector ini, sehingga inovasi dapat terjadi. Apakah 7-11 dan Lawson dapat menjadi competitor? Menurut saya untuk saat ini belum, karena mereka menyasar sekmen pasar yang berbeda dengan Indomaret dan Alfamart, cenderung di “pyramida” tengah dan atas dimana pasarnya relative niche.

Sebagai saran, kita perlu menghadirkan suatu perusahaan (mungkin suatu bentuk koperasi sesuai dengan ideology Pancasila) yang dikelola secara professional seperti Carrefour di negara asalnya, dimana ownershipnya adalah rakyat banyak yang diwakili oleh pemerintah, untuk bergerak di sektor ritel ini. Mungkin hal ini juga bisa dilakukan bersama-sama dengan BUMN atau Bulog yang sudah memiliki jaringan logistic yang baik. Mumpung belum terlambat, sehingga perekonomian kita boleh bertumbuh lebih baik kedepannya.

Saya mengangkat case ini untuk menggambarkan sistem “kartel” yang mungkin juga terjadi disektor lain, dan juga karena saya melihat belakangan ini sistem “kartel” sudah menjadi perhatian di negara kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline