Lihat ke Halaman Asli

Representasi Belenggu Patriarki pada Tokoh Firdaus dalam Teater Monolog Perempuan di Titik Nol oleh Teater TEMMA 23

Diperbarui: 27 November 2021   11:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Representasi Belenggu Patriarki  pada Tokoh Firdaus dalam Teater Monolog Perempuan di Titik Nol oleh Taeter TEMMA 23

Kesenian teater telah berkembang dan menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia. Teater TEMMA 23 merupakan pelaku seni yang menggiati seni teater dan membawakan pementasan monolog dari novel karya el-Sadawi. Teater monolog yang berdurasi 9.41 menit ini menampilkan karakter tokoh Firdaus yang dimainkan oleh Indah Febriliana. Dalam teater berdurasi pendek tersebut menampilkan perjalanan Firdaus yang mengalami banyak ketidakadilan dan kekerasan yang dilakukan laki-laki yang dikenalnya.

 Firdaus sendiri merupakan anak seorang petani miskin dan Ayah Firdaus sudah memperlakukan Firdaus dengan tidak adil sejak kecil. Kerap kali Ayahnya makan dengan lahap dihadapan Firdaus yang tengah kelaparan, bahkan Ayahnya tega membiarkan Firdaus tidur dengan alas tipis saat musim dingin sedangkan dia meringkuk disudut ruangan yang hangat. Saat remaja Firdaus dirawat dan disekolahkan oleh Pamannya di Kairo, namun itu semua tidak gratis sebab Firdaus harus membayar dengan melayani Pamannya. Seteah lulus Firdaus dinikahkan oleh Pamannya dengan laki-laki berumur 60 tahun bernama Mahmud, oleh suaminya ini Firdaus kembali mengalami penyiksaan sebab hanya karena makanan sisa ditempat sampah. Lalu Firdaus pergi dan dalam pelariannya dia ditolong seorang lelaki namun lelaki iku justru melecehkan Firdaus dan memberinya uang. Setelah itu Firdaus bekerja dan mengenal Ibramin, mereka saling jatuh cinta namun Ibrahim justru mencampakkan Firdaus dengan menikahi anak direktur. Firdaus memilih menjadi pelacur sukses daripada seorang suci yang sesat. Kemudian dia mengenal seorang germo dan justru memperbudak Firdaus, Firdaus lantas membunuh Germo itu. Sebab karena tindakannya Firdaus dijatuhi hukuman mati.

Alur yang diceritakan dalam teater ini lebih padat dan konflik yang disajikan terfokus pada kekerasan dan ketidakadilan yang dialami tokoh Firdaus. Tokoh yang ditampilkan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Novel mengingat keterbatasan waktu, didalam novel ada beberapa tokoh perempuan yag ikut berperan dalam perjanan hidup firdaus. Namun teater ini cukup menyibak patriarki yang berlangsung di Mesir pada tahun itu meski tidak ditampilkan secara optimal. Dalam novelnya Firdaus mengambarkan betapa bobrok moral tokoh-tokoh pemerintah bahkan seorang pangeran dan petinggi perusahaan yang haus akan hasrat seksualitas, namun hal tersebut tidak ditampilkan. Pertunjukkan ini sukses mengungkapkan emosi dan perasaan yang selama ini di pendam dengan cara menyuarakan hak kebebasan perempuan lewat kritik-kritik yang ada dalam monolog tersebut. Penikmat seni dapat memetik nilai dari pertunjukan Perempuan di Titik Nol ini sehingga mampu jadikan salah satu pengingat atau penyadaran bagi masyarakat bahwa perempuan mempunyai hak untuk memperjuangkan kemerdekaanya sendiri.

Sumber :

"Monolog Perempuan di Titik Nol" oleh Teater TEMMA 23


Linda Rama Diansari

Mahasiswa Sastra Indonesia




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline