Lihat ke Halaman Asli

Linda Erlina

Blogger and Academician

[Movie Review] In This Corner of The World

Diperbarui: 22 Juni 2017   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Poster fim In This Corner of The World (Dok. Pribadi))

Siang itu tanggal 13 Juni 2017, saya dan partner in crime (Noval Kurniadi) diberikan kesempatan oleh Komik Kompasiana untuk menonton screening film anime Jepang yang berjudul In This Corner of The World (この世界の片隅に?Kono Sekai no Katasumi ni) (Sumber: Wikipedia). Pada tulisan kali ini akan saya bahas mengenai sinopsis dan kesan saya setelah menonton film anime Jepang ini.

Film animasi Jepang yang diadaptasi dari manga hasil karya Fumiyo Kono ini berlatar belakang kisah perang dunia ke 2 sekitar tahun 1940-1945. Kondisi saat itu serba kekurangan sehingga bahan makanan, pakaian dan kebutuhan sehari-hari menjadi hal yang sulit diperoleh. Otomatis harga-harga barang melambung menjadi sangat tinggi.

Pemeran utama pada film ini (Suzu) memiliki keahlian meracik bahan makanan yang sederhana dan berjumlah sedikit, sehingga bisa digunakan untuk makan sekeluarga. Contohnya adalah Nasi Samurai yang cara pengolahannya sangat unik, nasi yang ada direndam terlebih dahulu semalaman kemudian keesokan harinya ditanak. Hasilnya nasi akan menjadi lebih besar volumenya walaupun dengan jumlah yang sedikit.

Suzu ini merupakan seorang wanita muda yang tinggal di Eba, Hiroshima. Di usianya yang masih tergolong belia (18 tahun), Suzu dipaksa menikah dengan Shusaku yang merupakan seorang judicial officer di pengadilan militer Jepang. Pernikahan inilah yang akhirnya membawa Suzu tinggal di kota suaminya yaitu kota Kure yang berbatasan langsung dengan Laut Seto yang merupakan pangkalan laut militer terbesar Jepang.

Pangkalan laut inilah menjadi pemandangan favorit Suzu dan Hiromi. Hiromi merupakan anak perempuan kecil yang manis dari Keiko, kakak Shusaku. Suzu sering bermain dengan Hiromi di kebun sambil menatap pangkalan laut yang berisi armada kapal-kapal perang angkatan laut militer Jepang. Mereka sangat hafal dengan karakteristik masing-masing kapal, salah satunya kapal perang Yamato, Musashi dan Aoba. Suzu sangat piawai dalam menggambar, pada film ini hasil karya Suzu ditampilkan contohnya gambar kapal perang Jepang yang sedang berlabuh di pangkalan laut militer Seto.

Berkat kepiawaiannya menggambar, suatu hari Suzu bertemu dengan Lin, seorang wanita Geisha yang tinggal di perkotaan. Lin meminta Suzu untuk menggambarkan semangka dan beberapa makanan lain yang Lin sukai. Dari sinilah persahabatan Lin dan Suzu dimulai. Mereka berjanji untuk saling bertemu lagi di lain kesempatan. Pada mulanya saya mengira Suzu merupakan kakaknya Hiromi, karena tingkah laku mereka sering kali sama bahkan tergolong konyol dan kekanakan.

Keadaan perang dunia ke-2 makin memanas, serangan udara mulai mewarnai langit Kota Kure. Oleh karena itu, Suzu dan keluarga membangun sebuah bunker pertahanan diri. Serangan yang muncul hampir setiap hari membuat mereka telah terbiasa mendengar sirine peringatan. Rasanya saya tak dapat membayangkan apabila ada dalam kondisi seperti mereka, penuh dengan kecemasan, ketakutan, kewaspadaan dan perasaan yang sedih karena banyak sanak keluarga yang menjadi korban.

Hingga suatu waktu, Hiromi tiada dan Suzu harus kehilangan tangannya saat menggandeng Hiromi ketika bom tiba-tiba meledak. Kondisi ini membuat Suzu sangat sedih dan bahkan selalu merasa bersalah terutama pada Keiko. Ia juga tidak bisa menggambar lagi karena tangan kanannya terpotong setengah. Beruntung ia sempat menggambar suaminya sebelum kejadian tersebut. Kondii Suzu sangat drop tapi Shusaku selalu setia mendampingi dan memastikan bahwa Suzu baik-baik saja.

Kisah cinta Suzu dan Shusaku memanglah tidak seperti pasangan menikah pada umumnya. Saya melihat mereka masih agak kaku satu sama lainnya, mungkin karena usia mereka masih muda dengan kondisi menikah paksa. Namun, saya suka melihat kejujuran perasaan mereka yang disampaikan dengan kata-kata sederhana yang menggambarkan kasih sayang antara mereka.

Contohnya pada adegan ketika Shusaku akan berangkat bertugas selama 3 bulan, Suzu: “aku akan menunggumu pulang” Shusaku: “karena kamu adalah alasanku untuk kembali pulang” kurang lebih percakapannya seperti itu. Selain itu ada beberapa adegan yang menurut saya “so sweet” misalnya saat Suzu dan Shusaku mengenang memori pertemuan mereka di Jembatan, bercanda sambil memandang pangkalan laut militer Jepang, dan saat Shusaku meyakinkan Suzu untuk tetap tinggal di Kure.

Dokumen pribadi

Saya sangat suka film yang disutradarai oleh Sunao Katabuchi ini dinilai dari alur cerita, latar suara serangga (ciri khas film Jepang), karakteristik pemeran, kualitas video serta pesan moral yang tersirat di dalamnya. Karakter Hiromi membuat saya teringat dengan tokoh Mei pada film My Neighbor Totoro.

Terima kasih kepada Komik Kompasiana yang telah memberikan kesempatan kepada saya dan Noval Kurniadi untuk menonton screening movie In This Corner of World di CGV Blitz, Grand Indonesia tanggal 13 Juni 2017. Film ini telah mendapatkan sejumlah penghargaan seperti Winner Animation of The Year 40th Japan Academy Prize, Peace Film Award Hiroshima International Film Festival, dan Japanese Film Best 10 Osaka Cinema Festival. Saya sangat merekomendasikan film ini untuk ditonton bersama teman, keluarga, saudara, dan pasangan. Film ini resmi diputar di bioskop mulai tanggal 14 Juni 2017 loh, so tunggu apa lagi segera nonton ya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline