Communication Art: "Sometimes we don't talk just using our mouth, we also talk with our fingers, gestures, and hearts."
Sore itu hujan cukup deras. Namun tidak menyurutkan langkah saya menuju salah satu Cafe di daerah Cinere Depok. Deaf Cafe Fingertalk namanya. Wah, unik sekali ya namanya. Deaf Cafe Fingertalk ini juga menjadi satu dengan Car Wash juga loh. So, buat kamu yang punya mobil bisa sambil nongkrong dan sambil dicuci juga mobilnya. Pokoknya hati senang, perut kenyang dan mobil kinclong deh, hohoho.
Penasaran seperti apa sih pertualangan kuliner saya di sini, yuk mari, cusss...😎
Pertama kali masuk ke dalam suasananya cozy banget, penataan ruangan yang sungguh membuat nyaman para pengunjung, desain interiornya oke banget deh, pas banget buat nongki lama-lama (sampai kurang lebih 4 jam lebih saya di sini). Saya merasa Deaf Cafe Fingertalk ini seperti rumah sendiri jadinya, hehehe... 😆
Aha...setelah menunggu beberapa saat saya menemui Kak Ali selaku co-founder dari Deaf Cafe Fingertalk ini. Singkat cerita, saya dan Bang Udin ngobrol seru nih tentang asal muasal Deaf Cafe ini.
Berdasarkan hasil perkepoan kami, Kak Ali menjelaskan bahwa Cafe ini adalah Cafe khusus yang pegawainya tuli.
Oke mungkin kamu membaca kata tuli rasanya kok kasar yaa?? Tenang, saya sudah beberapa kali bertemu dengan teman yang tuli, mereka justru tidak suka dengan istilah "tuna rungu". Menurut mereka, pada kasus "tuna rungu" punya makna: semula telinga masih bisa mendengar, kemudian barulah terjadi tuli karena penyakit atau kecelakaan. Sehingga mereka lebih suka dengan sebutan "tuli" karena dari sejak lahir mereka memang sudah tidak bisa mendengar dan bukan untuk disembuhkan.
Kisah kelahiran Deaf Cafe Fingertalk
Deaf Cafe Fingertalk ini pertama kali idenya dari Kak Dissa (founder utama). Ide ini muncul ketika Kak Dissa menjadi relawan pengajar anak-anak di sebuah daerah terpencil Nikaragua. Ia mengunjungi Cafe De Las Sonrisas, dimana seluruh pegawainya tuli. Nah, dari sinilah Kak Dissa punya misi untuk merealisasikan Cafe khusus penyandang disabilitas di Indonesia. Menurutnya individu tuli di Indonesia masih sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Selain itu, Kak Dissa juga percaya bahwa setiap orang "pasti cinta makanan!" Kita semua menyukai "hang out alias nongkrong" bersama teman, keluarga, kekasih, kolega sambil menikmati makanan favorit. Keterkaitan antara keinginannya untuk membantu individu tuli dan kecintaan akan makanan inilah yang membuat Kak Dissa nekat untuk menjadi pelopor Deaf Cafe Fingertalk pertama kali di Indonesia yang akhirnya resmi dibuka pada Mei 2015. Lokasi pertama Cafe ini berada di Jalan Pinang No. 37 Pamulang Timur, Tangerang Selatan, Banten. Buat kamu yang rumahnya deket sini boleh mampir atuh.
Pertemuan Kak Dissa dengan Barack Obama
Kak Dissa mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan Barack Obama di acara YSEALI Summit di Laos tahun 2016, tepat setelah Cafe Fingertalk pertama didirikan. Barack Obama bercerita "you know in the White House, a wonderful young woman named Leah. She is deaf and she is the receptionist at the White House." Barack Obama mengatakan kepada Kak Dissa bahwa ia bangga pada apa yang dilakukan Kak Dissa untuk penyandang tuli Indonesia. Wah...sungguh cerita yang luar biasa ya, Kak Dissa diapresiasi oleh Barack Obama loh. Salut banget untuk Kak Dissa!