Sejalan dengan perkembangan zaman dan majunya teknologi dapat mempermudah akses budaya negara lain masuk ke Indonesia . Salah satu budaya dari negara lain yang masuk ke Indonesia dalam dua dekade terakhir adalah budaya Korea. Budaya Korea menyebar dengan sangat pesat di berbagai belahan dunia, Fenomena ini di sebut Korean Wave. Korean Wave merupakan suatu hal yang merujuk pada tersebarnya budaya populer Korea melalui produk hiburan seperti Drama Korea (Drakor), Boy band dan Girl band Korea (K-Pop), Fashion (K-Fashion). Salah satu produk Korean Wave yang diminati generasi milenial di Indonesia adalah Musik pop Korea atau yang lebih di kenal dengan K-Pop. Banyaknya penggemar musik K-Pop di Indonesia membuat industri musik Indonesia kurang diminati generasi milenial. Menurunnya peminat terhadap industri musik di Indonesia dapat menjadi salah satu alasan mengapa Indonesia pop tidak akan bisa sepopuler K-pop.
Adapun alasan yang memperkuat mengapa Indonesia pop tidak akan bisa sepopuler K-pop antara lain, Standar kecantikan saat ini belum menguntungkan untuk orang Asia Tenggara, Plagiarisme Boy band dan Girl band Korea, Terbatasnya mitra eksternal untuk promosi dalam skala global, Konten yang terbatas hanya untuk penonton lokal.
Artis-artis dan seniman yang biasanya terkenal secara global memiliki ciri khas penampilan yang menarik kepada penonton global. Karakteristik ini cenderung sesuai dengan apa yang diterima dalam standar industri musik untuk kecantikan saat ini, yang tidak menguntungkan untuk orang Asia Tenggara. Karena meningkatnya popularitas Idol K-Pop dalam dua dekade terakhir ,orang -orang Asia timur dianggap paling menarik saat ini (Larasati, 2018).
Industri musik di Indonesia sempat di gemparkan dengan munculnya Boy Band dan Girl Band Indonesia yang menimbulkan pro dan kontra para warga net. Banyak warga net yang tidak suka munculnya Boy band dan Girl band ini karena di anggap meniru grup K-Pop dalam bentuk kemiripan musik, koreografi tarian, dan penampilan fisik artisnya. Girl band dan Boy Band Indonesia telah mengadopsi format K-pop, sudah bukan hal yang tabu karya plagiarisme menjadi jalan bagi industri musik Indonesia (Tambunan, 2018).
Hal yang mendorong kepopuleran K-Pop di kaca global adalah adanya Global Partner. Global partner ini dapat membantu perusahaan industri musik dalam menciptakan dan mempromosikan musik baru berskala global. Perusahaan hiburan terbesar di Korea selatan, SM Entertainment pernah bekerja sama dengan Capital Record di US untuk menciptakan SuperM dan mengeluarkan MV pertamanya dengan biaya yang fantastis. Di Indonesia sendiri belum ada mitra eksternal yang dapat di ajak bekerja sama untuk menciptakan dan mempromosikan musik baru dalam skala global.
Mengutip academia.edu menyatakan Pemerintah Korea Selatan mempromosikan industri budaya secara konsisten sejak masa pemerintahan presiden Kim Dea Jung (tahun 1998-2003). Industri musik Korea selatan di dukung penuh oleh pihak pemerintah dalam mempromosikan karya mereka sementara di Indonesia Pemerintah belum sepenuhnya mendukung persebaran Indonesia-Pop.
K-Pop berkembang lebih pesat karena konten-konten yang di sediakan memiliki platform khusus yang mudah di akses bagi penggemarnya. Platform musik Korea Selatan yang dapat di akses oleh para penggemarnya antara lain Melon, Flo, Genie, Bugs, Soribada, Mnet Music. Beda halnya dengan Indonesia, artis- artis dan seniman di Indonesia masih mengandalkan platform berupa Youtube, Spotify dan Tiktok.
Konten-konten yang diberikan Grup Korea di platform Youtube lebih memudahkan para penggemar untuk menikmati karya yang di tampilkan. Karena, dalam konten yang di sediakan grup Korea memiliki yang beragam bahasa dari berbagai negara luar. Di Indonesia sendiri hanya memiliki satu bahasa lokal dalam kontennya contohnya Channel Youtube SMASH yang tidak menawarkan teks bahasa inggris (Indonesia, SMASH).
Industri musik pop Indonesia tidak akan sepopuler K-Pop karena beberapa alasan. Standar kecantikan saat ini tidak berpihak kepada orang Asia Tenggara terutama orang Indonesia, Boy Band dan Girl Band Indonesia sering di tuding menjiplak Grup K-Pop, Kurangnya mitra eksternal untuk promosi global, konten terbatas hanya untuk penonton lokal, dan artis- artis serta seniman di Indonesia tidak memiliki karakteristik menarik yang sama dengan artis K-Pop. Selain itu, K-pop mendapatkan manfaat dari kemitraan global dan memiliki platform khusus bagi penggemar untuk mengakses musik mereka. Sementara artis-artis Indonesia hanya mengandalkan platform seperti Youtube, Spotify, Tiktok. Faktor-Faktor ini yang menyebabkan ketidakmampuan Indonesia untuk mendapatkan pengakuan global dalam industri musik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H