Lihat ke Halaman Asli

Linda Puspita

Pekerja Migran

Tragedi Mimpi Penjaga Diri

Diperbarui: 4 Maret 2021   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Di bawah mega senja yang memeluk bumi.

Semeribit embusan angin menyejukan jiwa. Semua keindahan terpecah oleh teriakan dua insan yang bergulat dengan perasaan. Memaksakan kehendak masing-masing.

Air mata menggantikan peran senyum di wajah sang bidadari.

"Pokoknya kita putus!"

Kata biasa, tapi penuh makna, menyayat hati layaknya sebilah pisau, perih.

Ya ... teramat perih hati yang kurasa, hingga hiliran sungai deras mengalir ke muara. 

Hancur berkeping-keping tersambar halilintar ucapannya.

"Mulai detik ini, jangan pernah ganggu hidupku lagi! Kita tempuh jalan kita masing-masing."

Kakiku bergetar, luluh tak berdaya. Aku tersungkur pada tumpukan pasir yang terhempas sang ombak. Benci aku harus memohon, tapi jiwa kecil dalam diriku membutuhkannya. Aku bersujud pada kakinya dan dia justru menendangku ke pesisiran. 

Di manakah nalurinya? Kemanakah, cinta kasih yang dulu dia ukir dalam setiap rayuan. Sentuhan lembut yang menggoyahkan imanku?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline