Lihat ke Halaman Asli

Lina WH

Freelance

[Fabel] Persahabatan Akil dan Noya [Bagian 18]

Diperbarui: 18 Januari 2019   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bagian 1 - Bagian 2 - Bagian 3 - Bagian 4 - Bagian 5 - Bagian 6 - Bagian 7 - Bagian 8 - Bagian 9 - Bagian 10 - Bagian 11 - Bagian 12 - Bagian 13 - Bagian 14 - Bagian 15 - Bagian 16 - Bagian 17

Setelah makan, mereka sepakat untuk tidur siang supaya tenaga pulih kembali. Baik Pak Elang maupun Akil, pasti membutuhkan tenaga yang lebih. Pak Elang terbang sambil menggendong Akil di punggungnya, tentu beban yang dibawa bertambah berat dan pegal pada bagian tubuh tertentu. Akil harus berpegangan erat dan juga menerjang angin. Walaupun digendong, tetap butuh tenaga untuk tetap bertahan di gendongan Pak Elang.

"Akil, bersiaplah. Mari kita bersihkan tempat ini. Kemudian kita terbang ke desa Meadow Green!" kata Pak Elang kepada Akil sambil membersihkan sisa sampah mereka.

Akil pun membantu Pak Elang membersihkan sisa sampah mereka. Lalu bersiap untuk terbang kembali. Pak Elang lalu merendahkan tubuhnya supaya Akil bisa naik dengan sempurna. Setelah Akil siap, Pak Elang pun segera terbang dengan sempurna. Tanpa debu dan kibasan sayapnya lembut.

"Akil, lihatlah ke bawah! Apakah kamu mengenal daerah ini?" tanya Pak Elang setelah berada di perbatasan antara Padang Ilalang dan desa Meadow Green.

Akil melihat dengan seksama. Dan merasa tidak kenal daerah ini.

"Aku tidak tahu, Paman!" jawab Akil dengan jujur.

"Benarkah? Kalau begitu, aku akan membawamu terbang di atas pusat desa Meadow Green," lanjut Pak Elang kemudian.

Akil sangat menikmati pemandangan alam desa Meadow Green. Nampak ada sebuah sungai dengan air mengalir di sana. Sepertinya sungai tersebut sama dengan sungai yang melewati Padang Ilalang.

Pak Elang kaget. Dengan sangat jelas, mata Pak Elang bisa menangkap kobaran api besar di depan. Pak Elang penasaran, kemudian terbang menuju ke sana. Dan betapa kagetnya Pak Elang ketika mengetahui ada kebakaran lahan jati.

"Paman, panas sekali. Dan mataku juga pedih!" kata Akil yang belum mengetahui adanya kebakaran lahan jati di depan sana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline