Lihat ke Halaman Asli

Linatur Rizqi

mahasiswa biologi uin walisongo semarang

Islah dan Keberlanjutan: Visi Mahasiswa UIN Walisongo untuk Harmonisasi Agama dan Lingkungan di ICRE 2024

Diperbarui: 12 Desember 2024   12:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

UIN Walisongo Semarang ( Sumber : walisongo.ac.id., 2024 )

UIN Walisongo Online, Semarang -- Mengusung tema "Interfaith Voices for the Environment: The Role of Religion for Sustainable Planet", International Conference on Religion and Environment (ICRE) 2024 yang diselenggarakan UIN Walisongo Semarang menjadi wadah strategis dialog antaragama dalam upaya pelestarian lingkungan. Konferensi yang berlangsung di Hotel MG Setos Semarang, 11-12 Desember 2024, menghadirkan perspektif baru dalam menghadapi tantangan lingkungan global.

Dalam sesi student panel hari pertama, Fauhanun Nabila dan Nabila Natasya, mahasiswa UIN Walisongo Semarang, memaparkan penelitian mereka yang berjudul "Balance and Sustainability: A Religious Message for a Green Future". Penelitian ini memetakan tiga krisis lingkungan kontemporer: perubahan iklim, degradasi ekosistem, dan polusi lingkungan.

"Krisis lingkungan yang kita hadapi saat ini membutuhkan lebih dari sekadar solusi teknologi. Diperlukan transformasi fundamental dalam cara pandang manusia terhadap alam," ungkap Fauhanun Nabila saat membuka presentasinya.

Kedua peneliti mengusulkan transformasi cara pandang ekologis melalui tiga pendekatan. Pertama, pendekatan holistik yang mengintegrasikan aspek spiritual, sosial, dan ekologis. "Pendekatan holistik memungkinkan kita memahami keterkaitan antara manusia, alam, dan spiritualitas," jelas Fauhanun Nabila.

Kedua, preservasi komprehensif yang tidak hanya fokus pada konservasi alam, tetapi juga pelestarian nilai-nilai kearifan lokal dan religious wisdom. Ketiga, gerakan kolektif yang melibatkan seluruh elemen masyarakat dalam aksi pelestarian lingkungan.

Terobosan penting dalam penelitian ini adalah pengenalan konsep Islah sebagai fondasi kerja sama antaragama dalam pengelolaan lingkungan. Nabila Natasya menekankan, "Islah tidak hanya berbicara tentang perbaikan lingkungan, tetapi juga pemulihan hubungan harmonis antara manusia dan alam."

Perbaikan spiritual: mengembalikan kesadaran manusia akan perannya sebagai khalifah di bumi
Perbaikan sosial: membangun kerja sama antaragama dan antarbudaya dalam pelestarian lingkungan
Perbaikan ekologis: implementasi praktik ramah lingkungan berbasis nilai agama
RESPONS AKADEMISI DAN PRAKTISI

Dr. Ahmad Faizin, ketua panitia ICRE 2024, menyambut positif gagasan ini. "Penelitian ini membuka perspektif baru dalam dialog antaragama untuk pelestarian lingkungan. Ini adalah langkah crucial dalam membangun kesadaran kolektif," ujarnya.

Prof. Dr. Imam Taufiq, Rektor UIN Walisongo, menambahkan, "Kami bangga mahasiswa kami mampu menghadirkan solusi inovatif yang mengintegrasikan nilai-nilai agama dengan kebutuhan kontemporer pelestarian lingkungan."

Sebagai tindak lanjut, penelitian ini akan diimplementasikan dalam beberapa program:

Green Campus Initiative: program pelestarian lingkungan berbasis kampus
Interfaith Environmental Network: jaringan kerja sama antaragama untuk aksi lingkungan
Community Outreach Program: edukasi masyarakat tentang pelestarian lingkungan berbasis nilai agama
DAMPAK DAN HARAPAN

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline