Tahun awal masa pandemi memang merupakan ujian berat bagi semua orang termasuk bagi para orang tua. Selain ketakutan dengan Covid-19, ketakutan lainnya adalah pengeluaran belanja bulanan yang semakin membengkak. Saya sendiri merasakan betapa borosnya pengeluaran keuangan saat awal-awal pandemi terutama dikarenakan anak yang masih Sekolah Dasar (SD) harus belajar daring.
Pembelajaran daring ini memang menggerus kas belanja karena biaya internet yang semula tidak ada dalam rencana pengeluaran belanja bulanan, kini malah mengerogoti isi dompet sehingga saya harus memilah kembali pengeluaran mana yang dapat dipangkas atau bahkan dihilangkan. Setelah dihitung-hitung, pengeluaran untuk biaya internet kami sekeluarga ternyata lebih dari satu juta rupiah. Hal ini membuat saya panik karena pada awalnya tidak menyangka akan sebesar itu.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa pengeluaran membengkak karena proses pembelajaran daring. Pembelajaran model seperti ini yang paling besar memakan kuota internet adalah saat anak harus melakukan zoom meeting, google meet, dan google classroom yang menggunakan fitur video jarak jauh untuk tatap muka.
Untuk menghemat pengeluaran akhirnya kami memutuskan untuk memasang wifi dengan memanfaatkan salah satu produk layanan Telkom Indonesia yaitu IndiHome dengan begitu pengeluaran belanja bulanan bisa kembali seperti semula. Kok bisa? Yup tentu saja bisa karena alokasi biaya transportasi anak untuk sekolah yang awalnya memang sudah dianggarkan bisa dialihkan untuk biaya internet di rumah yaitu wifi. Dan itu sudah sangat mencukupi.
Dua tahun sudah kami menggunakan layanan dari IndiHome dan saya sudah cukup puas dengan kinerjanya karena dengan layanan tersebut anak saya dapat melakukan pembelajaran daring dengan lancar. Menerima dan mengirim kembali tugas ke guru, melakukan zoom meeting dan fasiltas video call dengan hingga pada akhirnya setahun kemudian dia lulus SD dengan baik.
Ternyata dari proses pembelajaran daring, saya merasakan manfaat internet terutama dalam mendukung pendidikan anak saya hingga dapat menyelesaikan pendidikan SDnya. Begitu juga ketika ia masuk SMP dimana belum dapat melakukan pembelajaran tatap muka secara langsung di kelas dengan guru-gurunya. Pandemi masih berlanjut hingga tahun berikutnya sehingga anak saya terpaksa kembali harus belajar daring.
4 bulan anak saya menjalani pembelajaran daring ketika memasuki jenjang SMP. Hal ini cukup membantunya untuk terbiasa dengan teman-teman dan guru baru yang pada awalnya sama sekali dia tidak kenali. Sehingga pelan-pelan ia dapat menyesuaikan diri sampai tiba masa tatap muka secara langsung di kelas pada bulan ke-5. Alhamdulillah saat dihantar ke sekolahnya, ia sudah tidak canggung lagi. Internet ternyata mendukung dengan baik dunia pendidikan. Memang seharusnya seperti itulah internetnya Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H