Lihat ke Halaman Asli

Yuliana Sajidah Fatmawati

Mahasiswa yang sedang berkembang

Menghidupkan Seni dari Kolaborasi

Diperbarui: 13 Juni 2022   10:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Manusia pasti pernah berkolaborasi dengan sesamanya. Tak muluk tentang kolaborasi yang besar, sekadar memecahkan masalah pun sudah dianggap sebagai kolaborasi. 

Dilansir dari liputan6.com mengenai beberapa pendapat para ahli, pengertian kolaborasi adalah bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Ia adalah suatu proses sosial yang paling dasar. Biasanya, kolaborasi, melibatkan pembagian tugas, di mana setiap orang mengerjakan setiap pekerjaan yang merupakan tanggung jawabnya demi tercapainya tujuan bersama.

            Kolaborasi tentunya memiliki manfaat yang besar untuk hidup manusia. Antara lain:

  • Membantu satu sama lain
  • Melatih kerja sama
  • Meningkatkan produktivitas kerja
  • Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan  
  • Melatih kemampuan berkomunikasi.

Dalam sebuah drama misalnya. Kolaborasi perlu dilakukan demi terselenggaranya sebuah pentas yang berkesan dan menggelegar. Karena adanya ide dan kreativitas yang disalurkan kemudian didiskusikan dan dieksekusi menjadi satu pementasan. Dalam kegiatan seperti ini, pastinya memiliki seorang pemimpin. Sehingga kolaborasi bisa menjadi sarana untuk mengembangkan kemampuan leadership.

Berbicara soal drama, pada tanggal 8 November 2020 ketika Minggu Ceria, begitu Warga Lamongan menyebut Car Free Day, terjadi pertempuran yang dahsyat. Kejadian itu diawali dengan ledakan petasan di sekitar alun-alun. 

Pusatnya berada di jalanan depan Gedung Pemkab Lamongan. Suara gaduh itu diiringi dengan rintihan kesakitan dari beberapa pribumi yang terpaksa harus bertekuk lutut di hadapan para penjajah.

Pengunjung alun-alun yang heran mengenai apa yang terjadi, mulai mendekat ke sumber suara. Sungguh pemandangan yang tidak biasa ketika ada Hotel Oranje di depan Gedung Pemkab. Juga ada beberapa bambu runcing dan beberapa kotak yang carut marut di sekitarnya.

Penampilan drama kolosal tersebut semakin gagah dengan adanya mobil jeep yang melindas jualan dari pribumi dan bengisnya perlakuan penjajah kepada para pribumi. Para pribumi tak pernah gentar tubuhnya, tak akan gigit jari, dan terus bertekuk lutut selamanya. Semua penyiksaan itu berganti menjadi perlawanan dalam sebuah balutan tarian bambu. 

Pribumi perempuan mengelilingi para penjajah dan bertingkah seolah mereka telah menumpas para penjajah sambil menyanyikan lagu kemerdekaan. Merdeka! Indonesia telah merdeka. Namun, perjalanan mereka setelah kemerdekaan semakin menjadi berat. Peperangan masih sering terjadi. Tepatnya di Kota Surabaya, ketika Inggris kembali datang ke Indonesia.

Suara ledakan kembali terdengar. Kali ini lebih dahsyat dari sebelumnya. Para pribumi semakin merapatkan barisan untuk melawan penjajah. Bung Tomo, dengan semangatnya yang berkobar, membakar semangat arek-arek Suroboyo.  Orasi yang diawali dengan ucapan bismillah dan teriakan Allahhu Akbar telah membangkitkan kembali semangat perjuangan yang menggebu. Pemuda tidak boleh menyerah dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. 

Merdeka atau Mati adalah orasi khas yang Bung Tomo kobarkan. Akhirnya perlawanan itu memberikan sebuah kemenangan dengan tewasnya seorang Jenderal besar. Jenderal A. W. S. Mallaby. Meski beberapa pribumi banyak yang gugur dalam pertempuran 10 November, perjuangan mereka telah memberikan sejarah yang besar bagi Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline