Prabowo Hata akankah mencapai ekonomi kerakyatan?
Lidah memang tidak bertulang. Manusia kadang lupa akan apa yang telah dikatakan , dan malah mungkin akan menjadi bumerangnya esok hari. Layaknya dalam perpolitikan janji-janji tanpa bukti sudah biasa dan tidak ada realisasinya semuanya hanya ilusi belaka. Pemilu legislative sudah berjalan dan Komisi Pemilihan Umum sudah mengumumkan hasil pemilu tersebut. Dan peroleh suara teresebut sebagai berikut : Partai Nasdem (6,72 persen) 2. Partai Kebangkitan Bangsa (9,04 persen) 3. Partai Keadilan Sejahtera (6,79 persen) 4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (18,95 persen) 5. Partai Golkar (14,75 persen) 6. Partai Gerindra 1 (11,81 persen) 7. Partai Demokrat (10,19 persen) 8. Partai Amanat Nasional (7,59 persen) 9. Partai Persatuan Pembangunan (6,53 persen) 10. Partai Hanura (5,26 persen) 14. Partai Bulan Bintang (1,46 persen)* 15. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (0,91 persen).
Jika melihat dari perolehan suara tersebut tidak ada parpol yang menguasi 20 persen dari perolehan suara tersbut dan otomatis pencalonan capres dan cawapres harus melalui tahap koalisi atau gabungan beberapa partai politik. Pendaftaran calon presiden dan wakil presiden sudah dimulai sejak 18 Mei 2014 namun baru tanggal 19 Mei 2014 pendeklarasian capres dan cawapres dilakukan. Dua poros besar esok akan bertarung untuk menjadi orang di negeri Indonesia ini. Prabowo Subiyanto memilih Hatta Rajasa sebagai pendampingnya untuk maju dalam pilpres kali ini, sedangkan Jokowi mengandeng Jusuf Kalla dalam pilpres kali ini.
Seperti yang telah diketahui public Prabowo adalah calon presiden partai gerindra yang selalu ngelu-elukan keberpihakannya kepada rakyat. Prabowo yang dahulu seorang militer(mantan Danjen Kopasus) dan juga pengusaha kini mencalonkan dirinya sebagai presiden Republik Indonesia. Prabowo juga dikenal sebagai ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani pada periode 2004-2009 , mendirikan beberapa organisasi masyarakat seperti asosiaasi petani Indonesia, asosiasi pasar tradisional, maupun asosiasi pencak silat Indonesia. Semangat membara Prabowo untuk mengembalikan Indonesia agar berekonomi kerakyatan pun sangat jelas. Dimulai dari iklan tentang dirinya dengan organisasi-organisasi rakyat yang dia dirikan hingga pidato yang disampaikan di Gelora Bung Karno saat akan memeriksa kadernya dalam berkampanye. Saat itu Prabowo menaiki Kuda dan berkata bahwa akan memberdayakan peternakan dan kembali ke ekonomi kerakyatan.
Prabowo mengaku memilih Hata Rajasa dengan alasan Hatta yang diusung Partai Amanat Nasional teresbeut memenuhi syarat, dari pengalaman-pengalaman jabatan yang selama ini telah disandang di level nasional selain sebagai menteri. Namun ada yang aneh dengan alasan Prabowo memilih Hatta Rajasa. Tentunya ingat bahwa Hatta Rajasa adalah menteri perekonomian yang menjadi Kabinet Indonesia Bersatu jilid II. Prabowo selama ini mengkritik kebijakan ekonomi pada masa pemerintahan saat ini adalah Liberalis bukan ekonomi kerakyakatan. Lalu bagaimana esok jika benar-benar rakyat mengamanatkanan kepimpinan Indonesia pada mereka? Bukankah yang berkoalisi dengan partai Gerindara kebanyakan adalah partai yang dulu ikut berkoalisi dengan partai democrat yang citranya dan elektabilitasnya sudah turun dimasyarkat? Pertanyaan besar sangat mengelitik jika hal ini dikaji lebih jauh, mengingat beberapa hal tersebut tentunya sangat berbeda dengan pernyataan ekonomi kerakyatan vs ekonomi liberal? Ataukah memang politik tidak mengenal bahwa perkataan hanyalah sebuah manipulasi public agar tertarik. Entalah belum terjawab dengan pasti, masih 9 Juli nanti dimanakah rakyat akan berlabuh…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H