Lihat ke Halaman Asli

Herlina Butar

TERVERIFIKASI

LKPPI Lintas Kajian Pemerhati Pembangunan Indonesia

Kontestan Curang, KPU Disalahkan

Diperbarui: 9 Mei 2019   21:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasanan di lapangan Banteng hingga pukul 15.00 sore

Lepas waktu sejak 17 April 2019 kita mampu melaksanakan Pemilu Serentak, masih mengalir deras lelehan keringat dan airmata petugas KPPS. Segala pujian negara lain tentang keberhasilan KPU menyelenggarakan Pemilu serentak yang luar biasa, kini terus-menerus ditenggelamkan hingga "kelelep" akibat ulah sekelompok manusia.

Mulai dari tuduhan curang, klaim kemenangan sepihak padahal hasil penghitungan belum diumumkan, pemasangan baliho-baliho raksasa sehingga kerja keras KPU tidak dianggap sama sekali, penemuan kertas C1 palsu yang diduga akan dipergunakan untuk mendiskreditkan KPU, hingga ajakan merdeka dari seorang mantan jendral. 

Bahkan, belakangan hari berkembang tuduhan keji tentang muntah darah dan lain sebagainya untuk terus mengembangkan kebencian diantara sesama anak bangsa Indonesia.

Tanpa ragu, tanpa malu, terus-menerus mereka mengotori bulan Ramadhan dengan teriakan-teriakan tuduhan kecurangan..

Terbayang di mata saya, seorang perempuan muda menangisi kematian ayahnya, Ketua KPPS yang sakit karena kelelahan. Kematian itupun masih harus dibebani dengan rasa sakit hati dari sang ayah karena didera tuduhan kecurangan hingga akhir hayatnya.

Terbayang di depan mata saya, seorang yang pernah menjalani sumpah tentang sapta marga, tetapi sekarang melakukan sumpah serapah seraya terus menggosok syahwat sebuah kelompok demi memuaskan birahinya akan nafsu kemenangan.

Sebagai bangsa Indonesia yang sebagian besar mayoritas muslim, saya malu. Sebegitunya mereka meneriakkan perpecahan di bulan yang seharusnya suci bagi umat muslim.

Yang menzdolimi teriak bahwa mereka yang didzolimi.

Masih masuk akal bila kelompok satu menuduh kelompok lain. Mereka, para kontestan adalah pihak yang paling berkepentingan untuk menang.

Tetapi, saat kelompok satu membiarkan teriakan-teriakan itu bergema di ruang hampa, maka corong teriakan itu diteriakkan ke telinga KPU, mengganggu mereka yang sedang bekerja hingga tetes darah terakhir demi demokrasi bangsa.

Ini ulah pengkhianat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline