Lihat ke Halaman Asli

Herlina Butar

TERVERIFIKASI

LKPPI Lintas Kajian Pemerhati Pembangunan Indonesia

Peranan Filsafat dalam Perguruan Tinggi

Diperbarui: 22 Februari 2016   01:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bahwa bukan hanya manusia, belajar pun dilakukan hewan dalam setiap langkah kehidupannya. Burung mengajarkan anak-anaknya terbang, kera mengajarkan anak-anaknya mencari dan memilih buah, harimau mengajarkan anaknya berburu. Hampir setiap pengajaran bertujuan mempersiapkan mahluk-mahluk hidup untuk menghadapi kehidupan di kemudian hari.

Berbeda dengan hewan, manusia memberikan istilah yang berbeda dari sekedar belajar. Bila hewan bergerak dan berkehidupan lebih banyak ditentukan oleh naluri dan instinknya, maka pada manusia tentu berbeda.

Manusia memberikan bekal secara paket lengkap berupa rangkaian pengajaran yang berjenjang berirama. Mulai saat baru lahir kemudian menyusui, ibu akan mengajarkan tentang cara menghisap susu yang baik agar bayi dapat menyusu secara optimal. Tidak sekedar berkomunikasi, manusia belajar tentang cara berkomunikasi yang baik. Tidak hanya sekedar berjalan, manusia belajar tentang bagaimana cara berjalan. Tidak hanya sekedar duduk, manusia belajar tentang cara duduk yang baik. Bahkan makan, minum, tertawa hingga tentang semua cara memenuhi kebutuhan biologisnya, manusia selalu belajar hingga mampu menyesuaikan diri sesuai dengan waktu, tempat, keperluan dan keberadaannya.

Secara teori, pengajaran berupa:

1.    Penerusan pengetahuan dari sebuah generasi ke generasi berikutnya;

2.    Persiapan generasi berikutnya agar secara mandiri mampu bertahan dalam menghadapi kehidupan;

3.    Pembentukan generasi berikutnya agar dapat menjadi bagian dari sebuah kelompok atau komunitas kehidupan;

Bila jaman dahulu, manusia mempelajari segala sesuatu mengalir begitu saja mengikuti perkembangan yang ada. Semakin hari, manusia merasa perlu membuat berbagai pengukuran sebagai standar penilaian. Pembuatan standarisasi penilaian bertujuan untuk lebih memudahkan pengarahan pengelompokan generasi berikut sesuai dengan kemampuannya. Hasil analisa kemampuan tersebut, akan lebih mempermudah penempatan posisi-posisi hasil didikan agar bisa mengimplementasikan diri secara optimal didalam masyarakat.

Harapan para pendidik, agar generasi berikut kelak dapat menjadi lebih baik dari generasi sebelumnya. Secara individu, para pendidik mengharapkan hasil didikannya dapat menjadi bagian terbaik dari sebuah kelompok masyarakat.

Bila awalnya standar penilaian merupakan hasil dari pengukuran kemampuan seorang anak didik terhadap penerimaan materi yang diterimanya, dan atau merupakan cara mengukur seorang pendidik dalam meneruskan (mentransfer) ilmu kepada anak didiknya, maka saat ini kebanyakan manusia hanya mengejar nilai itu sendiri.

Sayangnya, belakangan ini banyak sekali terjadi penyimpangan dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline