Lihat ke Halaman Asli

Lina Maria Ulfa

Ibu Rumah Tangga

Energi dari Hati: Perempuan, Teknologi dan Perubahan Iklim

Diperbarui: 21 Juni 2024   00:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Peran Perempuan dalam Transisi Energi (sumber: pribadi)

Bayangkan sebuah desa kecil di sudut terpencil Indonesia, di mana malam datang dengan cepat dan gelap menyelimuti sekitarnya. Dulu, ketika listrik belum merambah desa ini, malam hari diisi dengan cerita di bawah remang cahaya lilin atau lampu minyak. Namun, sekarang ada perubahan besar. Di rumah-rumah, lampu tenaga surya mulai menerangi malam, dan di balik semua itu, ada peran penting yang dimainkan oleh perempuan.

Peran Perempuan dalam Pemanfaatan Energi Lokal

Perempuan di banyak komunitas lokal sering menjadi pengguna utama energi. Mereka yang memasak, mendidik anak, dan menjaga rumah tangga, memiliki pemahaman mendalam tentang kebutuhan energi sehari-hari. Di banyak tempat, perempuan mulai memanfaatkan teknologi energi terbarukan seperti panel surya dan biogas untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Mereka tidak hanya sebagai pengguna, tetapi juga sebagai agen perubahan yang mendorong adopsi teknologi ini dalam komunitas mereka.

Dalam skala kecil, perempuan di pedesaan Indonesia telah menjadi pionir dalam menggunakan energi terbarukan untuk kebutuhan rumah tangga. Contohnya adalah program biogas yang diinisiasi di beberapa daerah. Sampah organik yang biasanya terbuang kini diolah menjadi sumber energi bersih. Para perempuan yang mengelola program ini berhasil mengurangi ketergantungan pada kayu bakar, yang tidak hanya melestarikan hutan tetapi juga mengurangi polusi udara dalam ruangan.

Peran Perempuan dalam Transisi Energi Baru Terbarukan (EBT)

Namun, sayangnya, peran perempuan dalam transisi energi baru terbarukan sering kali tidak mendapatkan perhatian yang layak. Dalam banyak diskusi tentang energi terbarukan, kontribusi perempuan sering diabaikan. Padahal, perempuan memiliki potensi besar dalam mempercepat transisi energi ini. Di beberapa komunitas, perempuan telah membentuk kelompok-kelompok yang fokus pada edukasi dan pelatihan mengenai teknologi energi terbarukan.

Contoh nyata adalah bagaimana Oxfam, sebuah organisasi nirlaba dari Inggris, bekerja sama dengan komunitas lokal di Indonesia untuk mengintegrasikan perempuan dalam proyek energi terbarukan. Oxfam memberikan pelatihan kepada perempuan untuk menjadi teknisi panel surya. Dengan keterampilan ini, mereka tidak hanya meningkatkan ekonomi keluarga tetapi juga menjadi pemimpin dalam pengembangan teknologi energi terbarukan di komunitas mereka.

Penyertaan Kelompok Rentan dalam Isu Transisi Energi

Tidak hanya perempuan, kelompok rentan lainnya juga perlu disertakan dalam transisi energi. Kaum miskin, anak-anak, dan lansia sering kali menjadi kelompok yang paling terdampak oleh perubahan iklim dan krisis energi. Oleh karena itu, partisipasi aktif perempuan dalam transisi energi juga membawa dampak positif bagi kelompok rentan lainnya. Dengan perempuan sebagai agen perubahan, mereka dapat memperjuangkan akses energi yang lebih adil dan inklusif.

Misalnya, di beberapa daerah di Indonesia, program energi terbarukan yang melibatkan perempuan juga memperhatikan kebutuhan khusus anak-anak dan lansia. Perempuan yang terlibat dalam program ini memastikan bahwa teknologi yang digunakan aman dan mudah diakses oleh semua anggota keluarga. Mereka juga mengajarkan cara-cara hemat energi yang dapat diikuti oleh anak-anak sejak dini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline