Lihat ke Halaman Asli

LINA MUSA

Pengawas Sekolah Dasar

Tradisi Mohimelu

Diperbarui: 13 April 2022   16:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

inews.id

Jelang Ramadhan. Ada tradisi unik a la kampung. Tradisi mohimelu. Kata “mohimelu” punya arti menyapa atau menyambut, berasal dari kata “yimelu” (sapaan/sambutan). Tradisi saling menyapa  adalah tradisi universal.  

Tetapi mohimelu bagi orang Gorontalo. tidak hanya berlaku untuk sesama manusia ketika saling bertemu. Tetapi juga berlaku untuk menyapa syariat Islam.  Tradisi menyapa/menyambut ramadhan.

Untuk menyapa/menyambut bulan Ramadhan, orang Gorontalo mengenal  istilah “huwi lo yimelu”. Huwi berarti malam. Huwi lo yimelu adalah ekspresi orang Gorontalo menyambut  awal Ramadhan.  Huwi lo yimelu identik dengan malam pertama sholat tarawih dan makan sahur.

Kepastian huwi lo yimelu diketahui setelah dilakukan “tonggeyamo”. Dalam bahasa kekinian, hisab rukyat. Sebuah prosesi ilmiah berbasis syar’i untuk menetapkan 1 Ramadhan. 

Dulu dilakukan oleh pemerintah lokal (buwatula towulongo). Sekarang tidak lagi. Peran itu sudah digeser teknologi. Hasilnya langsung ketahuan, cukup mendengarkan siaran TV, bahkan bertebaran di jagat medsos.

Zaman dulu, orang Gorontalo menganut cara hitung manual. Berpedoman pada hitungan bulan qomariyah (bulan di langit). Hingga kini, masih ada orang kampung yang meyakini hitungannya. Lalu menggelar huwi lo yimelu mendahului, tak peduli keputusan pemerintah.

Huwi lo yimelu diekspresikan dengan penuh suka cita, bersama sanak keluarga. Sekaligus juga menjadi malam yang mencekam bagi mahluk lain berkebangsaan unggas. 

Saya ikut ngeri, tak tega melihat cucuran darah ayam di antara hentakan kaki dan kepak sayapnya saat disembelih. Giliran tersaji di atas meja, rasa ngeri berubah lahap. Andai tak ada yang mengawasi, terjadi perang saudara di meja makan.

Ayam kampung seperti menjadi “tumbal” pada malam itu. Ratusan hingga ribuan ekor. Bayangkan saja, kalau sekampung ada 200 KK, maka minimal ada 200 ekor ayam kampung yang menjerit dan meronta jadi korban. 

Itu baru satu kampung, coba satu kabupaten, satu provinsi, belum lagi orang Gorontalo di perantauan. Hitung saja. Ini menjadi peluang bisnis bagi yang berbakat.

Mongolota maluo atau menyembelih ayam adalah tradisi yang menyertai huwi lo yimelu. Karena tradisinya di kampung, ayamnya pun harus sekampung. Tidak peduli jantan, atau betina, asalkan masih pranggang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline