Oleh Lina
Kebanyakan orang akan berpikir bahwa mahasiswa doktoral itu sudah berusia matang--rentang usia 40 tahun ke atas.
Seiring perkembangan zaman yang memasuki era 4.0 maka kaum milenial tidak mau kalah dengan para leluhur yang semangat belajar, sehingga usia 25 tahunan ikut memberi amunisi dalam perjuangan menyelesaikan tugas dari para Profesor.
Alasan para kaum milenial yang nekat kuliah S3 pasti beragam, bukan karena tuntutan Kemersitekdikti yang ingin dosen itu kualifikasi akademiknya S3, melainkan mereka memiliki alasan yang cukup unfaedah seperti karena kebanyakan uang dari warisan orang tua, ingin keren-kerenan biar di surat undangan penuh gelar akademik sampai gelar tikar daun pandan dan yang terakhir dikarenakan melarikan diri dari mantan---yang ini banget, hahaha.
Seperti sebelumnya yang pernah diceritakan, bahwa mahasiswa S3 ada yang masih memeluk kesetiaan pada ijazah doktoral dulu baru ijabsah KUA--rempong amat. Intinya mereka ada yang masih jomblo atau masih pacaran ala-ala manusia bumi lainnya.
Jika pacaran mahasiswa S1 itu saat pasangannya ulang tahun hadiahnya bisa tas, sepatu, baju atau lainnya. Sebegitu uniknya pacaran mahasiswa doktoral sampai hadiah ulang tahun saja akan sangat langka melebihi artefak yang ada di muka Bumi Siliwangi.
"Sayang, bulan depan aku ulang tahun."
"Kok, aku baru tahu?"
"Kan, baru aku kasih tahu!" Ini efek sibuk sama tugas kampus dan tugas bela negara lainnya, selain itu hari ulang tahun tidak lebih penting dari hari sidang terbuka doktoral--percayalah.
"Mau hadiah apa? Lipstik jualan Teh Dede? Mau mutiara jualan Bu Bunga?
"Enggak!"