Ibu Sri Mulyani dalam Press Conference pada 1 April 2020 menyatakan, merebaknya covid-19 mulai dari Tiongkok hingga berkembang di luar Tiongkok lebih dari 200 negara terdampak covid-19.
Hal ini mengakibatkan reaksi dari sisi ekonomi terutama dari sisi keuangan sehingga menimbulkan volatilitas gejolak yang luar biasa, hanya dalam 1 bulan yang lalu covid menyebabkan ekonomi 2020 yang awal diperkirakan tumbuh diatas 3% akan masuk ke resesi atau dalam hal ini pertumbuhannya negatif.
Seperti JP morgan memprediksi pertumbuhan ekonomi global yaitu -1,1%, The Economist Intelegence Unit sebesar -2,2% dan IMF juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi negatif. Hal ini mengakibatkan kepanikan global yang sangat luar biasa.
Dalam perkembangan perekonomian terkini pada tangal 24 Maret 2020, BI telah menyampaikan bahwa dalam pencegahan gejolak volatilitas ekonomi terutama gejolak volatilitas kurs rupiah yang tinggi.
BI menempuh langkah langkah kebijakan seperti, penurunan tingkat suku bunga sebesar 4,5%, stabilisasi nilai tukar rupiah melalui triple intervention, serta injeksi likuiditas dalam jumlah yang besar baik rupiah maupun valas di pasar domestik serta luar negeri. BI juga telah melakukan pembelian SBN di pasar sekunder mencapai Rp 168,2 Trilliun (ytd).
Dengan beberapa kebijakan yang telah dilakukan BI, serta respon masyarakat dan pelaku usaha, bapak Perry Warjiyo menyampaikan dalam perkembangan ekonomi pada tanggal 26 Maret 2020 nilai tukar bergerak stabil bahkan menguat di sekitar Rp 16.250.
Rupiah kembali bergerak dalam mekanisme pasar yang baik, meskipun di tengah tekanan global yang tinggi, hingga pada tanggal 31 April 2020, rupiah di perdagangkan sekitar 16.350/USD.
BI juga mengimbau kepada investor luar negeri maupun korporasi jika memang mereka membutuhkan dollar dilihat dulu kebutuhannya segera atau tidak, tidak semua transaksi melalui spot tepat. Jika kebutuhan masih 2bln atau 3bln lakukan hedging (lindung nilai) menggunaan DNDF, sehingga aktivitas tetap terjaga dan resiko niai tukar juga terjaga. BI juga telah merelaksasi ketentuan underlyingnya.
Pelemahan nilai tukar dan capital outflow terjadi karena kepanikan global, dan karenanya BI melakukan stabilisasi melalui triple intervention, sehingga pasar yang 1 minggu panik sekarang supply dan demand membaik bahkan tumbuh.
BI terus memperkuat intensitas triple intervention, sampai dengan 31 April 2020 telah melakukan pembelian SBN di pasar sekunder sebesar 172,5 trilliun (ytd). Sebesar Rp 166,2 Trilliun dilakukan melalui pembelian dari pasar sekunder yang dilepas oleh investor asing.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan dalam perkembangan ekonomi terkini pada tanggal 2 April 2020 bahwa nilai rupiah saat ini sangat memadai dan cenderung menguat bahkan di akhir tahun 2020 mencapai sekitar Rp15.000/USD.