[caption id="attachment_362158" align="aligncenter" width="578" caption="Sbek Thom, Wayang Kulit ala Kerajaan Kamboja"][/caption] Sumber gambar di sini
Sebagai warga Kamboja tentu saja saya membanggakan Candi Angkor Wat warisan budaya bangsa Khmer (Kerajaan Kamboja) yang mengalahkan Candi Borobudur milik bangsa Indonesia sebagai salah satu ikon tujuh keajaiban dunia, tapi sebaliknya wayang kulit milik Kerajaan Kamboja. Wayang kulit ala Kamboja yang terkenal dengan sebutan Sbek Thom itu diakui oleh UNESCO sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity pada 25 November 2005.
Seni pewayangan di Kamboja dikenal sebagai Lakhaon Nang Sbek yang terdiri dari dua jenis pertunjukan utama yaitu meliputi Sbek Thom, yang menampilkan lakon Rama (Reamker), yang lainnya adalah Sbek Toch menggunakan boneka kecil dan berbagai cerita. Pertunjukan genre lainnya yang disebut Sbek Por yang menggunakan wayang kulit berwarna. Wayang tersebut berkaitan erat dengan dan juga menyerupai wayang dari Thailand, Semenanjung Melayu dan Indonesia.
[caption id="attachment_362160" align="aligncenter" width="493" caption="Peralatan dan Gamelan Sbek Thom"]
[/caption] Sumber Gambar di Sini
Sbek Thom adalah pertunjukan seni pewayangan bangsa Khmer yang melibatkan penari, wayang, layar dan narator. Pertunjukan ini melibatkan sekitar sepuluh penari yang menari di depan dan di belakang layar. Layar tingginya sekitar dua hingga tiga meter dengan panjang sekitar sepuluh meter. Penari itu menari sambil membawakan wayang dalam sebuah episode cerita yang disampaikan oleh narator serta diiringi oleh musik tradisional (gamelan) oleh delapan anggota orkestra. Sbek Thom dipertontonkan pada malam hari di tempat terbuka, biasanya di samping pagoda atau di samping persawahan. Sebuah layar putih besar dibentangkan diantara dua bambu yang tinggi di depan api unggun (atau sekarang bisa melalui proyektor). Bayangan dari wayang itu diproyeksikan ke layar besar itu dan para penari menghidupkan tokoh wayang dengan cara melangkah dan menari dengan irama tepat untuk menghasilkan gerakan-gerakan wayang yang sesuai cerita.
[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Pertunjukan Sbek Thom di Jepang"]
[/caption] Sumber Gambar di Sini
Menurut Riyanti (2011) wayang ala Kamboja ini tidak seperti wayang Indonesia, Sbek Thom berukuran lebih besar, pipih dan kaku bahkan tidak dapat digerakkan. Ukurannya termasuk yang terbesar di dunia (sekitar 1,8 x 1,2 m), dengan sekitar 150 panel wayang dalam satu set-nya. Desain busana yang digambarkan pada Sbek Thom mencerminkan busana kalangan kerajaan bangsa Khmer dan keindahan serta keanggunannya menyerupai tokoh-tokoh pada relief di Candi Angkor Wat. Wayang ini terbuat dari selembar kulit sapi dan pembuatannya melalui upacara khusus. Khusus untuk tokoh Dewa Wisnu atau Syiwa harus dibuat dari kulit sapi yang kematiannya pun harus secara natural atau karena kecelakaan. Pembuatannya pun harus diselesaikan dalam waktu pada hari itu juga melalui sebuah ritual. Kulit direndam dalam larutan yang dibuat dari kulit kandaol. Kemudian seorang seniman wayang melukis gambar di atas kulit itu, memotongnya sesuai gambar lalu menambahkan warnanya, sebelum akhirnya mengikatnya pada dua bilah bambu sebagai pegangan wayang saat ditarikan. Dalam satu panel wayang, bisa berisi satu atau lebih tokoh wayang.
[caption id="attachment_362162" align="aligncenter" width="524" caption="Pembuatan Sbek Thom Wayang Kulit Kerajaan Kamboja"]
[/caption] Sumber Gambar di Sini
Selanjutnya menurut Riyanti, sejak Raja Jayavarman, kerajaan yang ada di Kamboja saat itu, penghuni kerajaan bersumpah setia untuk meyakini Hindu dan percaya bahwa para Dewa menaklukkan setan serta mengakui Dewa Indra sebagai Penguasa Utama. Selaras dengan kepercayaannya itu, – dalam kisah Ramayana, saat tokoh kera berjuang melawan kekuatan jahat (Rahwana) demi membela Raja Rama – , menjadi sangat sesuai dengan sumpah setia dan keyakinan mereka. Hal ini menyebabkan kalangan istana mulai mempertunjukkan episode Ramayana (Reamker) baik menggunakan wayang atau topeng, yang kemudian mengarah ke pertunjukan seni nang sbek dan tari topeng (khol). Pertunjukan ini juga diselenggarakan saat upacara adat kremasi dan acara penting lainnya.
[caption id="attachment_362163" align="aligncenter" width="601" caption="Ukuran Sbek Thom yang terbesar di dunia di antara ukuran wayang yang ada"]
[/caption] Sumber Gambar di Sini
Seperti halnya tarian-tarian kerajaan dan pertunjukan topeng yang ada di Kerajaan Kamboja, menurut sejarahnya, Sbek Thom ini dikategorikan sebagai pertunjukan sakral yang telah ada sejak jaman Pre-Angkorian sebelum abad-11. Pada umumnya warisan budaya ini hanya dipertontonkan untuk para dewa atau raja, yang dimainkan sebanyak tiga sampai empat kali setahun, seperti pada perayaan Tahun Baru, Perayaan Raja, atau acara penghormatan orang-orang terkenal. Tetapi seiring jatuhnya era Angkor, pertunjukan Sbek Thom semakin menurun dan kemudian berubah perlahan dari kegiatan seremonial menjadi pertunjukan seni walaupun tetap mempertahankan dimensi ritualnya. Bahkan saat sekarang dengan berjalannya waktu warisan ini sering digantikan dengan musik modern, sehingga popularitas Sbek Thom menjadi menurun drastis.