Lihat ke Halaman Asli

Lim Hendra

Dosen, Pelatih dan Pembicara

Jalur Neraka di Lintasan KA Roxy

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Semoga mereka segera sadar, ulah mereka menunjukkan wajah Indonesia yanglain (gahar,tak peduli kepada orang lain, premanisme)

--Hendra Lim

Mungkin suatu hari nanti akan terbit Peraturan Gubernur yang melarang motor untuk melintas di seluruh jalan di Jakarta. Thamrin sudah bebas dari gilanya para pemotor urakan melintas. Tak ada lagi ojeg yang parkir sembarangan di pinggir jalan, motor yang melawan arus, dan yang tiba-tiba muncul dari sebelah kiri kemudian menyalip tanpa permisi. Jalan menjadi lebih manusiawi. Tingkat kecelakaan pun kabarnya berkurang.Sungguh wajah Jakarta yang damai—meski hanya sepotong kecil dari garangnya wajah di jalan yang lain. Dan itu semua terjadi hanya lewat sebuah perubahan kecil. Motor dilarang lewat.

Wajah yang berbeda bisa dilihat di jalur neraka lintasan KA Roxy Mas setiap sore. Motor yang parkir di depan spanduk larangan parkir dari Pemprov DKI seakan-akan menunjukkan bahwa mayoritas pemotor memang buta huruf. Rambu larangan parkir menjadi penghias jalanan tatkala para preman memandu motor untuk parkir persis di bawah larangan itu. Sia-sia lagi uang pajak rakyat untuk menyediakan fasilitas umum untuk rakyatnya. Dua hal itu masih belum ada apa-apanya dibandingkan ratusan pemotor yang rutin melawan arus. Yah, mereka rutin melawan arus. Dan yang lebih hebat lagi adalah para preman Roxy membantu mereka lewat demi sepotong receh. Pos polisi Roxy yang hanya berjarak kurang dari 1km (baik di perempatan Roxy, maupun di depan RS. Sumber Waras) hanya menjadi tempat tongkrongan para polisi malas yang hanya makan uang rakyat tanpa mau berkeringat melindungi dan melayani seperti yang tercantum di mobil-mobil patroli mereka.

Saya tak hafal nama jalannya. Tapi yang pasti, setiap hari ratusan motor keluar dari jalan itu, berbelok ke kanan dengan melawan arus Jl. Kyai Tapa untuk menuju ke arah Grogol. Mereka mencari celah-celah di putaran depan Roxy yang ada di bawah jembatan layang. Putaran itu ditujukan untuk kendaraan dari Kyai Tapa (yang baru keluar dari Roxy Mas) yang ingin memutar balik ke arah Roxy lalu lurus ke arah Gajah Mada. Putaran yang hanya muat untuk satu mobil itu kerap dipenuhi pemotor yang melawan arus. Jika ada mobil yang kebetulan ingin memutar, hari sial si pengemudi tiba di sore itu.

Masalah semakin runyam karena lintasan KA di bawah jalan layang Roxy Mas sangat padat di sore hari. Saat KA melintas, para pemotor urakan ini mendapat angin karena jalan menjadi kosong sehingga mereka semua berboyong-boyong melintas jalan yang lenggang. Cilakanya, mereka semua harus menungguh hingga KA lewat agar baru bisa melintas jalan menuju ke arah Grogol. Sudahkah Anda bayangkan apa yang terjadi ketika gerbong KA terakhir lewat dan palang pintu diangkat. Yah, puluhan motor itu berhadap-hadapan dengan mobil dan motor yang ingin segera menyeruduk lewat. Itulah momenterbaiknya. Dua-duanya tak bisa jalan. Hebatnya, pemotornya lebih galak dibanding mobil. Lebih saktinya lagi, pemotor kita dibantu para preman yang menahan mobil yang ingin lewat. Oh, Indonesiaku.

Jadi, apa nasib Anda saat melintas di jalan itu. Selamat datang di neraka jahanam jalanan Jakarta. Mengumpat pun percuma. Cuman sabar satu-satunya senjata Anda. Hindari jalur neraka itu. Motor pun sengsara apalagi mobil.

Kalau jalanan sudah begini, bagaimana kita bisa berharap kepada calon Kapolri yang statusnya tersangka. Macet di Jakarta bukan hanya salah pengendara, tapi keacuhan polisi lalu lintas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline