Lihat ke Halaman Asli

Limantina Sihaloho

Pecinta Kehidupan

Sepeda Hilang dalam Sekejab

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_280135" align="alignleft" width="220" caption="www.google.com/products/catalog"][/caption] Konon kawan, di Bali pada masa lalu, mungkin juga masih pada masa kini, kalau kita letakkan emas di tengah jalan, emas itu akan tetap berada di sana. Penduduk sekitar yang bukan pemiliknya tidak akan mengambilnya. Surga! Bukankah itu surga? Apa yang membuat sebuah masyarakat bisa berlaku luhur macam itu? Bisa jadi kawan, di Bali pada masa itu tak ada kelaparan, perbedaan kekayaan antara yang satu dengan yang lain beda-beda tipis saja. Semakin besar jurang perbedaan sosial dalam masyarakat yang sering terjadi di wilayah urban, semakin rawan kehidupan; semakin tidak aman baik bagi yang kaya maupun yang miskin. Yang kaya merasa tak nyaman dengan kekayaannya, yang miskin terancam oleh kelaparan dan bayang-bayang polisi yang siap mengejar kalau-kalau dia berani mencuri atau melakukan tindak sejenis sekalipun demi alasan perut. Yang menyedihkan, orang-orang miskin bisa menghabiskan sebagian besar uang mereka untuk hal-hal yang tidak berguna: merokok dan minum-minuman keras yang sepertinya mereka lakukan untuk melarikan diri dari realita sosial yang getir. Sepeda Hilang dalam Sekejab Ada Farmer Market di Farmington Ave, Hartford, di samping gereja Methodis setiap Selasa dan Jum'at. Saya belanja sayur ke sana. Para penjual yang juga para petani yang menanam semua jualan mereka itu berjejer di samping gereja. Pembeli lalu lalang di pedestrian. Saya letakkan sepeda tak jauh dari penjual itu dan bisa saya lihat dengan mudah. Saya sama sekali tidak menduga bahwa sepeda sedekat itu bisa lenyap dalam sekejab. Saya sedang membeli tomat, cabe dan sayur. Lalu saat saya hendak mengambil sepeda saya kembali ke rumah, sepeda itu sudah tak ada di sana lagi. Bukan pertama kali saya kehilangan sepeda di Amerika. Tahun 2002, di Chicago, saya meletakkan sepeda saya di dalam gereja. Hilang. Membuat saya tertawa. Melihat saya tertawa, teman saya heran. Dia heran mengapa saya malah tertawa sepeda saya hilang. Bagi saya itu lucu: sepeda hilang dari dalam gereja. Di Indonesia kawan, tak pernah saya kehilangan sepeda. Apakah orang Indonesia lebih baik daripada orang Amerika? Hehe...! Bagi saya, kehilangan sepeda sampai dua kali itu merupakan sebuah pertanda ada yang salah dalam masyarakat di mana saya sedang tinggal. Siapapun yang mengambil sepeda saya itu, mungkin dia membutuhkannya untuk membeli makanan. Bisa jadi dia sedang kelaparan. Bisa jadi juga, dia ambil untuk membeli rokok atau minuman keras. Mudah-mudahan, kalaupun dia jual, dia belikan makanan yang berguna baginya. Lebih baik lagi kalau dia pakai untuk keperluan sehari-hari.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline