Lihat ke Halaman Asli

Limantina Sihaloho

Pecinta Kehidupan

Humor: Menyalibkan Burung Beo

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

[caption id="attachment_234324" align="alignleft" width="259" caption="http://2.bp.blogspot.com "][/caption] “Kasus telepon juga ya?” tanya Beo kepada yang tersalib di sampingnya itu. Dengan segala hormat untuk komunitas Kristen di seluruh penjuru dunia di bawah matahari, saya ceritakan kembali humor yang satu ini yang saya dengar belum lama ini dari seorang pastor. Terima kasih pastor! Hehe! Tak perlu saya sebut namanya untuk melindungi sang pastor dari 'ancaman' orang-orang Kristen yang mungkin berpikir sempit, haha...! Menyalibkan Burung Beo Kobus, panggilan akrab Yakobus adalah seorang pemuda sukses yang berhasil dalam karir. Pemuda rupawan ini juga seorang yang taat beragama. Kobus tinggal sendiri di rumahnya yang mewah. Sukses dan sudah berkecukupan dalam hal materi  dan sudah bisa menikah tetapi belum jua menemukan pasangan-hidup yang cocok baginya. Di rumahnya yang mewah, seekor burung beo bernama Beo menemaninya. Kobus heran setelah beberapa bulan harus membayar biaya telepon yang mahal. Dia menyimak siapa saja yang dia telepon selama ini; berapa lama dia bertelepon. Dia merasa tak sesuai apa yang dia pergunakan dengan jumlah yang dia bayar. Ada rasa curiga; apa yang terjadi di rumah ketika dia sudah berangkat kerja. Apakah ada orang lain datang ke rumah? Mana mungkin? Sekali pagi, setelah meninggalkan rumah, dia kembali lagi; sengaja mengintip keadaan di rumahnya. Ooh, ternyata Beo sedang asyik berblablabla di telepon itu. "Beoooo!" bentak Kobus. "Jadi selama ini kau yang membuat pulsa telepon di rumah ini membengkak ya?" Beo pun tak bisa menghindar; sudah terbukti dia pelakunya. "Beo! Kau harus saya hukum atas perbuatanmu!" tegas Kobus. Kobus lalu menyalibkan Beo di dinding; membentangkan kedua sayapnya lalu memaku; kedua kaki Beo juga dirapatkan lalu dipakukan. Darah mengucur dari sayap-sayap Beo. (Padahal mana ada darah di sayab yang hanya terdiri dari bulu dan tulang itu?) Setelah Kobus pergi, kesakitan, Beo tak sengaja menoleh ke kanan; ia perlu mendongak pula membuat sayap terpakunya bertambah sakit. Di sana Beo melihat ada yang terposisi mirip dengannya, Yesus. "Kasus telepon juga yaa?" tanya Beo kepada yang tersalib di sampingnya itu.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline