Lihat ke Halaman Asli

Limantina Sihaloho

Pecinta Kehidupan

FPI - HKBP - Parmalim

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

HKBP Pondok Timur Bekasi terus bertahan dengan prinsip mereka bahwa beribadah sesuai keyakinan mereka itu adalah hak dan UUD 1945 menjamin hak ini.

Walikota Bekasi belum mengeluarkan izin pendirian pembangunan gedung gereja walau warga jemaat HKBP Pondok Timur ini sudah memohonkannya sejak 2008. Itulah kan, minta izin mendirikan rumah ibadah bisa lebih sulit daripada mendirikan panti pijat, seperti kata orang di negeri ini.

Walikota Bekasi Mochtar Mohammad mengusulkan agar warga HKBP Pondok Timur pindah ke lokasi sementara, gedung milik pemerintah di Jl Chairil Anwar, Kec. Bekasi Timur.

Warga HKBP Pondok Timur tidak mau pindah; mereka tetap bertahan alias ngotot mau beribadah di Ciketing, tempat yang bermasalah itu. FPI menghalang-halangi warga HKBP Pondok Timur beribadah pada setiap hari minggu di Ciketing belakangan ini.

Warga HKBP Pondok Timur terus bertahan dengan prinsip mereka. Izin pemerintah yang belum keluar untuk mendirikan gedung gereja bukan hal utama. Sementara ini, seperti yang dikatakan oleh walikota Bekasi, warga HKBP beribadah di rumah salah satu warga HKBP di sana. Hal utama bagi mereka adalah beribadah itu sendiri. Beribadah kok dilarang-larang? Kok nggak boleh? Apa beribadah itu memang musti ada izinnya? Wong beribadah kok ya! Akh!

Lama-lama kok susah membedakan mana kelompok yang waras mana yang sudah tak lagi waras di negeri ini. Hehe...! Jangan-jangan semua sudah masuk dalam kategori tak waras atau kurang waras?

Sama-sama kurang waras?

Nah, tersebutlah bahwa Kristen itu minoritas di Bekasi atau di Jawa pada umumnya? Okelah, dari segi jumlah dan persentasi. Yang Kristen ini pernah mikir nggak ya mengapa mendirikan rumah ibadah di tempat di mana mereka minoritas itu sulit terutama belakangan ini? Kalau dulu, di zaman Belanda atau di zaman Soekarno, saya kira tak ada yang menghebohkan seperti belakangan ini kalau umat Kristen mau mendirikan gereja. Lihat saja di Jakarta, ada banyak gereja termasuk gereja-gereja yang sudah berdiri sejak zaman Belanda.

Umat Muslim, sebagian kecil, bingung: Looh, kok jumlah gedung gereja bertambah terus? Dari mana umatnya? Curiga. Ada apa? Nah kan, yang Kristen jelaskan dong. Bagi Protestan yang banyak aliran itu, setiap aliran perlu bikin gedung gerejanya sendiri; nggak biasa dan nggak at home kalau share dengan sesama Protestan apalagi Katolik kecuali saat Natal atau perayaan oikumene yang momennya hanya 2 atau 3 kali dalam setahun.

Umat Kristen bilang, ya suka-suka kamilah mau bangun gereja berapa banyak dan di mana saja. Kami kan pakai uang sendiri, nggak minta-minta dari kalian yang nggak suka terhadap pendirian gereja. Kok usil sih? Memang negara ini milik kakek-nenekmu saja? Gitu kata mereka, kalau tidak mereka lontarkan secara blak-blakan, mereka katakan di dalam hati, I guess.

Umat HKBP itu tidak akan mundur. Itu tipikal mereka. Orang-orang Batak sudah merantau ke Jakarta sejak zaman Belanda, antara lain untuk sekolah. Kemudian, di Jakarta bisa kita jumpai orang-orang Batak mulai dari jenderal, pengacara handal sampai supir metromini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline