Lihat ke Halaman Asli

Limantina Sihaloho

Pecinta Kehidupan

Tuan Presiden, Masih Layakkah Anda?

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_197790" align="alignleft" width="233" caption="BAKARGUBUK NELAYAN. Petugas kepolisian dan kehutanan kemarin membakargubuk-gubuk di Kualakambas, Taman Nasional Way Kambas. Puluhan wargapun kehilangan tempat tinggal. (LAMPUNG POST/AGUS SUSANTO)"][/caption] "Saya heran Tuan Presiden! Di zaman Anda menjadi presiden sekarang ini kok bisa ada pembumihangusan kampung sesama penduduk negeri; mereka sudah miskin dan Anda membiarkan kampung mereka dibumihanguskan?" ____________________ Saya barusan membaca kiriman email dari Felix Silitonga, yang dia kirimkan ke: adatlist@yahoogroups.com dan beberapa penerima email lainnya. Email ini disertai dua attachment. Isi email singkat: Pada 15 s/d 17 Juli 2010 nelayan di kawasan Taman Nasional Way Kambas yang jumlahnya ratusan KK digusur oleh POLHUT dibantu Polres Lampung Timur dengan cara membakar seluruh pemukiman nelayan diwilayah kuala kambas dan sekapuk. Lima orang ditangkap dituduh sebagai provokator.

Saya membaca kedua isi attachment. Ada banyak respon di email berkaitan dengan email Felix Silitonga. Saya periksa ke Google, apakah benar ada berita macam itu di Lampung Post. Lalu saya tiba di sini yang memuat berita Lampung Post:komisikepolisianindonesia.com.

Salah satu attachment berisi berita di Lampung Post oleh wartawan media ini, Agus Susanto. Bagian awal laporan wartawan ini berbunyi:

SUKADANA (LampostOnline): Setelah "sukses" membumihanguskan permukiman nelayan Kualakambas, Kamis (15-7), aparat polisi kehutanan (polhut) dan Polri membakari rumah nelayan di Kualasekapuk, Lampung Timur, Sabtu (17-7) pagi.

Suasana di Kualasekapuk kemarin mirip suasana perang di film-film. Seperti hendak menyergap pasukan separatis di tengah hutan, tim gabungan itu melengkapi diri dengan senjata otomatis.

Beberapa kali terdengar letusan peluru yang ditembakkan ke udara dan asap hitam membubung dari rumah-rumah yang hangus di tiap sudut perkampungan. Sementara jerit tangis anak-anak dan wanita terdengar di mana-mana.

Namun, histeria ibu-ibu dan anak-anak itu tak menyurutkan niat aparat gabungan untuk melanjutkan aksi "pembersihan". Tidak sampai tiga jam, 170 rumah berdinding bambu dan atap rumbia berubah menjadi abu dan roboh ke tanah.

Pemusnahan permukiman Kualasekapuk memang sudah ditargetkan saat tim gabungan menggelar operasi serupa di Kualakambas, Kamis (15-7). Kedua perkampungan nelayan tradisional itu hanya berjarak 15 kilometer atau sekitar dua jam perjalanan berjalan kaki.

SBY, Masih Layakkah Anda Jadi Presiden?

Saudara, Saudari! Tahu kan, di Jakarta saja, petugas keamanan yang bertugas untuk mengosongkan jalan raya yang mengerikan macetnya itu, biar yang mulia SBY bisa lewat lempang dari Puri Cikeas ke kantor presiden, bisa menodongkan senjata kepada pemakai jalan raya.

Di daerah apalagi di pedalaman Saudara, Saudari, bisa lebih kejam. Kalau seorang wartawan yang ditodongkan senjata tentu sudah biasa lihat polisi dan tentara; tak takut sama aparat negara. Paling yang dia takutkan kalau aparat negara ini menjadi bringas saat bertugas lalu menodongkan senjatanya.

Di daerah apalagi di pedalaman Saudara, Saudari, lihat polisi atau tentara saja penduduk desa dan penduduk pedalaman itu sudah bisa ketakutan.

Membumihanguskan perkampungan nelayan Tuan Presiden? Fungsi Anda sebagai kepala negara itu di mana dan bagaimana sebetulnya? Yang berhak hidup dan tinggal di negara ini adalah semua warga negara. Kalau pemerintah punya kebijakan untuk relokasi, jangan main paksa terhadap sesama penduduk negeri. Tahu nggak, masih ada banyak masalah di seputar apa yang pemerintah sebut sebagai wilayah register di republik ini.

Penduduk negeri yang sudah bergenerasi tinggal di suatu wilayah kalau tiba-tiba dicaplok hak mereka, bagaimana? Kalau penduduk negeri yang sudah ratusan tahun bahkan sebelum republik ini lahir sudah mengusahakan suatu wilayah secara komunal dan sendiri sebagai sumber penghidupan, tiba-tiba pemeritah memaksa mereka meninggalkan sumber penghidupan itu dengan alasan register, bagaimana? Apa cuma Anda-Anda Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya yang mulia yang berhak hidup dan tinggal di negeri ini?

Saya heran Tuan Presiden! Di zaman Anda menjadi presiden sekarang ini kok bisa ada pembumihangusan kampung sesama penduduk negeri; mereka sudah miskin dan Anda membiarkan kampung mereka dibumihanguskan? Sebagai presiden, Anda kan harus bertanggung jawab dengan apa yang terjadi itu; bukankah Anda sebagai presiden juga sekaligus merangkap sebagai penanggung jawab keamanan tertinggi?***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline