Lihat ke Halaman Asli

Limantina Sihaloho

Pecinta Kehidupan

Rokok Menjadikan Manusia Keras Kepala

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="attachment_152183" align="alignleft" width="300" caption="(Sumber: elmirachirk.blogspot.com/2009/05...-or.html)"][/caption] Dalam perjalanan ke Medan dari Pematang Siantar beberapa waktu yang lalu, seperti biasa, saya dan adek saya naik sebuah armada yang penumpangnya hanya maksimal 7 orang, 8 orang bersama supir. Armada ini menjemput dan mengantar penumpang sampai tempat tujuan. Harga ongkos lebih mahal tetapi saya lebih suka ini dengan pertimbangan tidak berhenti-berhenti di perjalanan kecuali sekali untuk istirahat selama 20-30 menit di Bengkel, satu jam lagi sebelum Medan. Plus, ada peraturan bahwa supir armada ini tidak boleh merokok karena pula, mobil pakai AC. Alasan yang terakhir ini bagi saya sangat-sangat penting. Asap rokok benar-benar bau dan tidak menyenangkan. Namun begitu, selalu saja ada supir armada yang menerapkan peraturan tidak boleh merokok di dalamnya yang melanggar ketentuan. Bahkan, penumpang juga bisa melakukan pelanggaran yang sama. Betapa mengenaskan sebab di angkutan yang menerapkan tidak boleh merokok saja orang pun harus melanggarnya juga. Dalam perjalanan ke Medan itu, belum lama mobil berangkat dari Pematang Siantar, si supir sudah menyalakan rokoknya. Dia membuka jendela mobil di sebelah kanannya. Dengan sopan, saya mengingatkan kepada supir yang keras kepala itu bahwa sebaiknya dia tidak merokok sebab saya dan adek saya tidak tahan dengan asap rokok. Entah karena dogol atau sok, supir itu malah seperti heran dengan berkata, "Ha, mengapa saya tidak boleh merokok? Belum ada orang yang pernah melarang saya merokok!" Saya menjelaskan kepadanya bahwa kami memilih angkutan yang sedang kami tumpangi karena yang kami tahu memang di dalamnya orang tidak boleh merokok. Perdebatan berlangsung lama, saya berusaha bersabar dan tetap sopan sebab saya tahu, tidak sopan toh tidak akan membawa hasil. Dengan terpaksa, si supir tidak merokok selama menyetir tetapi beberapa kali ngedumel-ngedumel. Yang membuat saya heran sekaligus jengkel adalah sikap seorang ibu yang kebetulan adalah seorang guru BP (bimbingan penyuluhan) yang membela si supir. Ibu guru yang entah apa saja dia pelajari selama sekolah ini, malah bilang, "Masa orang nggak boleh merokok?" dengan gesture dan mimik yang bagi saya rada menjijikkan. Terus terang, guru macam ibu itu hendak saya tempeleng kalau tidak berpikir apa gunanya menempeleng orang yang tidak punya pengetahuan yang benar? Guru saja, perempuan lagi, punya pengertian yang salah total soal rokok apalagi yang bukan guru? Adek saya sempat bercerita dengan ibu guru ini karena adek saya juga seorang guru. Si ibu hendak ke Medan sebab anaknya yang sedang kuliah, konon karena overdosis belajar, sedang sakit di paru-paru.  Huh, jangan-jangan antara lain karena rokok juga atau kena asap rokok? Saya amati, bahkan yang tidak merokok secara aktif pun banyak yang belum dan tidak tahu bahwa merokok itu merusak tidak hanya diri perokok itu sendiri tetapi juga orang lain yang tidak merokok.***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline