"LELAKI DAN SECANGKIR KOPI "
Seorang lelaki duduk sendiri,
di sudut jiwanya yang sunyi,
secangkir kopi di meja menemani,
matanya memandang tak bertepi.
Larut dalam diam tak berpenghuni,
kerinduan yang ia pendam mulai menguliti,
satu demi satu lapisan nurani,
yang tak bisa ia bohongi.
Selintas terdengar sayup-sayup mengiringi,
dendang nostalgia terbawa angin di kejauhan sepi,
lagu lama dari radio tua di rumah-rumah pinggir kali,
yang membuat wajah sayunya semakin penuh misteri.
Seakan beban dunia di panggulnya di hati,
membawa sesak dalam dada dan sanubari,
hingga hilang arah tak tahu kemana meniti,
hanya berpikir yang dirumah kini.
Anak isteri setia kah menanti,
karena jiwa ingin pulang tapi malu sekali,
usaha yang dilakukan selalu gagal lagi,
belum bisa membahagiakan yang dikasihi.
Rejeki yang dicari menjauh tersembunyi,
akankah masih ada jalan untuknya kembali,
ataukah terbentur dinding di kota ini,
tersesat langkah di malam hari.
Mojokerto, 13 Mei 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H