Lihat ke Halaman Asli

Pengaruh Pemikiran Marxisme dalam Gaya Fidel Castro Saat Memimpin Kuba: Menyejahterakan atau Menjeratkan?

Diperbarui: 7 Juni 2021   20:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Marxisme merupakan hasil dari pemikiran filsuf dari Jerman yaitu Karl Marx. Marxisme atau pemikiran-pemikiran Karl Marx adalah sebagai cikal bakal atau awal dari pergerakan yang menumbuhkan dan menimbulkan kesadaran di kelas buruh untuk berkumpul menjadi suatu kesatuan yang memiliki tujuan yaitu bergerak untuk melawan segala bentuk ketidakadilan atas dirinya. Konsep awal yang menjadi dasar menurut Karl Marx yaitu perubahan yang terjadi di lingkungan sosial masyarakat disebabkan oleh struktur ekonomi pada sosial masyarakat tersebut. Sebuah ekonomi yang unggul dalam masyarakat akan membentuk dan mewarnai seluruh sosial masyarakat.

Marxisme kini berkembang menjadi sebuah konsep dasar bernegara, yang dimana terkadang para pemimpin negara yang menggunakan konsep negara ini terbawa hingga ke gaya kepemimpinannya. Tak kala, penggunaan konsep marxisme dalam bernegara menimbulkan beberapa dampak yang mungkin akan merasakan kesejahteraan atau bahkan menjeratkan warga negaranya. 

Dengan pandangan keadilan komunis dari keadilan marxist yaitu menyamaratakan sumberdaya produktif dengan hal semacam sosialisasi sarana-sarana produktif, hingga setiap orang berperan serta secara sama dalam keputusan kolektif di sekitar penyebaran aset-aset produktif, yang dibuat baik di tingkat pada perusahaan perseorangan ataupun perencanaan ekonomi nasional.

Kuba di bawah kepemimpinan Fidel Castro yang membawa negaranya dengan gaya kepemimpinan marxisme. Selama masa kepemimpinannya yang terjadi ialah adanya kecacatan yang terjadi di Kuba yang antara lain terjadinya ketimpangan di ekonomi. Justru, ternyata pada masa kepemimpinan Fidel Castro, Kuba mengalami peningkatan dalam bidang pendidikan, dan kesehatan. Dan dengan gaya kepemimpinannya, Fidel Castro ingin membawa Kuba menjadi negara yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah ekonomi pada saat itu. Karena menurutnya, Ia yakin dengan menggunakan marxisme bahwa masalah ekonomi Kuba pada saat itu, yang diakibatkan oleh kapitalisme yang tidak terkendali hanya bisa dibereskan dengan revolusi rakyat.

Fidel Castro merupakan presiden negara Kuba dari tahun 1976-2008. Kuba merupakan salah satu dari sedikitnya negara komunis yang masih berdiri pada saat ini. Ketika rezim komunis di seluruh dunia banyak yang runtuh, Kuba masih tetap berdiri dengan kokoh. Ketika kita mendengar kalimat "komunis", yang terlintas di pikiran orang kebanyakan adalah Korea Utara. 

Padahal, Kuba juga mengalami nasib tragis dari rezim otoriter tersebut. Fidel Castro, sang presiden merupakan seseorang yang paham pemikirannya berkiblat terhadap Marxisme, dan ia memerintah Kuba sebagai negara dengan partai tunggal. Ia sempat melakukan pemberontakan dan berakhir masuk penjara, lalu saat ia di dalam penjara tersebut ia mendalami aliran Marxisme. Lantas, cara memimpin Fidel Castro pula banyak diperdebatkan. Banyak yang menganggap ia sebagai tokoh yang merupakan pahlawan sosialisme, di lain sisi ia juga dianggap sebagai seorang diktator bertangan besi. Namun, apakah pernyataan tersebut benar adanya? 

Artikel ini akan mengungkap sisi 'kelabu' yang tidak banyak diketahui oleh orang-orang mengenai cara Castro memimpin negaranya. Reformasi sayap kiri yang ia laksanakan banyak merenggut kebahagiaan warganya. Pada artikel ini, penulis akan menjabarkan kenyataan pahit mengenai masa-masa pemerintahan Fidel Castro di Kuba dan apa saja pengaruhnya terhadap kesejahteraan warga tersebut.

Yang miskin semakin miskin, yang kaya semakin kaya? 

Ketika membaca headline dari tulisan ini, mungkin terlintas di pikiran anda bahwa ini merupakan judul yang sangat klise. Di mana-mana, orang miskin ya memang tetap miskin jika mereka tidak berusaha. Yang kaya semenjak lahir, ya dapat menikmati hidup serba berkecukupan sejak lahir yang telah di persiapkan oleh orangtua nya. Hal ini sudah dianggap paten hukumnya dan terjadi di mana saja. 

Tetapi, apa yang dilakukan oleh Fidel Castro dengan pengaruh paham Marxisme nya, dan cara ia memimpin Kuba selama 32 tahun, menyebabkan rakyatknya sangat jauh dari kata sejahtera. Mereka menjalani hidup dengan merasa semakin tercekik akan adanya kebijakan dan birokrasi 'njlimet' yang dikeluarkan oleh sang diktator. Banyaknya ketimpangan yang terjadi di kehidupan rakyat Kuba yang membuat mereka semakin sengsara. Sebagai contoh, setelah Revolusi pada tahun 1959, pemerintahan Kuba mengambil hampir seluruh bisnis swasta. 

Restoran, Pabrik, Rumah Sakit, semua adalah milik pemerintah. Negara menetapkan harga untuk segala hal dan juga memutuskan berapa banyak orang yang dipekerjakan. Hal kecil seperti menu yang dijual di restoran pun diatur pemerintah, dan apakah sang pegawai berhasil menjual 1 piring makanan ataupun 100 piring, sang pegawai tetap mendapat jumlah uang yang sama (dalam restoran publik, bukan swasta). Aturan tersebut merupakan cerminan dari paham Marxisme, kesetaraan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline