Lihat ke Halaman Asli

"Dunia yang Singkat, Angan-Angan yang Terlalu Panjang"

Diperbarui: 21 November 2023   12:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Ada ungakapan yang sangat popular “Genggamlah Dunia sebanyak yang Engkau bisa namun jangan Engkau letakkan ia di hatimu”. Ungkapan ini mencerminkan hikmahnya dalam memahami keduniawian dan mengajarkan bahwa kita boleh mengambil bagian dalam dunia ini, tetapi sebaiknya tidak terlalu melekatkan hati pada hal-hal duniawi yang bersifat sementara.

 Dalam perjalanan hidup yang singkat ini, kita sering kali tergoda untuk terlalu lama terbuai dalam angan-angan duniawi yang tidak berkesudahan. Dunia ini dianggap sebagai arena sementara di mana kita hanya melewati waktu sebelum menghadapi kenyataan kehidupan setelah mati. Namun, ironisnya, seringkali kita terjebak dalam belitan angan-angan yang terlalu panjang, mengabaikan hakikat kehidupan yang sesungguhnya.

Pandangan bahwa dunia ini hanya sementara dan singkat sering diakui oleh berbagai agama dan filosofi. Keberadaan ini dipandang sebagai ujian bagi setiap individu, di mana amal perbuatan baik dan kepatuhan kepada nilai-nilai moral menjadi kunci persiapan untuk kehidupan setelah mati. Namun, terlalu asyik dengan impian duniawi dapat membuat kita melupakan esensi dari kehidupan yang sebenarnya.

Dunia yang singkat ini seharusnya menjadi panggung untuk mencetak jejak kebaikan dan meninggalkan warisan yang baik. Terlalu banyak terfokus pada kesenangan duniawi dapat menyebabkan kita kehilangan makna sejati hidup. Angan-angan yang terlalu panjang tentang kekayaan, kekuasaan, dan kenikmatan dunia sering kali mengaburkan pandangan akan keharusan untuk berbuat baik dan membantu sesama.

Dalam mengejar cita-cita dan meraih impian, kita harus selalu ingat bahwa dunia ini hanya sementara. Oleh karena itu, angan-angan yang terlalu panjang tentang prestasi duniawi seharusnya tidak mengalahkan kewajiban kita untuk berbuat baik dan menjalani hidup dengan etika yang tinggi. Dunia ini bukanlah tujuan akhir, melainkan tempat ujian di mana kita diuji sejauh mana kita dapat memanfaatkan waktu yang singkat ini dengan bijak.

Meskipun angan-angan duniawi dapat memberikan motivasi dan tujuan, namun terlalu terpaku pada impian tersebut dapat mengabaikan kenyataan akan kehidupan setelah mati. 

Persiapkan akhirat seharusnya menjadi fokus utama, di mana setiap langkah yang diambil di dunia ini seharusnya menjadi bentuk investasi untuk masa depan kekal. Terlalu terbuai dalam angan-angan yang terlalu panjang dapat mengakibatkan kita tersesat di jalan yang salah dan mengabaikan tugas utama sebagai makhluk yang akan dimintai pertanggungjawaban.

Dunia yang singkat ini membutuhkan keseimbangan antara kehidupan duniawi dan persiapan untuk kehidupan setelah mati. Melibatkan diri dalam dunia ini dengan penuh kesadaran akan hakikat hidup dan kewajiban kepada pencipta menjadi kunci untuk mencapai tujuan sejati. Dengan begitu, kita dapat memastikan bahwa angan-angan duniawi kita tidak terlalu panjang, hingga melupakan esensi dari perjalanan singkat ini menuju akhirat yang abadi.

Bila berada pada situasi yang kurang beruntung, gagal dalam tes, dikhianati, kehidupan serba kekurangan secara materi, dan kondisi kurang menyenangkan lainnya. Tidaklah menyebabkan kehidupan kita menjadi luluh lantak dan hancur secara keseluruhannya. Sama sekali tidak.. karena tergantung bagaimana kita memframing pola pikir kita mengenai kehidupan ini.

Lalu bagaimana cara kita untuk tetap seimbang dalam mengahadapi kehidupan dunia?

Saya menggambarkan dalam tulisan ini berdasarkan persfektif Psikologi Islam. Kehidupan seorang Muslim terkandung nilai Spiritualitas dalam setiap rutinitas harian yang dilakukan, yang lebih sering dinamakan `ibadah`.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline